Curah Hujan Dan Evaporasi

Laporan Praktikum Agroklimatologi



Curah Hujan Dan Evaporasi


OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055 


<script data-ad-client="ca-pub-3325744936978621" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>








LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010












PENDAHULUAN
Latar Belakang

     Evaporasi yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi, merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi. Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari  besarnya curah hujan rata-rata dengan  penguapan (evapotranspirasi). Jika semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, semakin besar penguapan, maka kebutuhan air untuk tanaman akan semakin besar. Demikian pula kaitannya dengan luas sawah yang dapat diairi, jika kebutuhan air untuk tanaman besar, ketersediaan air sedikit, maka luas sawah yang dapat diairi semakin kecil. Alat-alat untuk mengukur evaporasi adalah evaporimeter (panci terbuka).
            Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada saerah yang alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut Ombrometer. Data yang didapat dari alat ini adalah curah hujan harian. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1-2 m dari permukaan tanah.

Tujuan
            Adapun tujuan praktikum Evaporasi dan Curah Hujan adalah untuk lebih memahami tentang evaporasi dan curah hujan serta mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengukuran curah hujan, dan untuk mengetahui pengaruh evaporasi terhadap curah hujan.
           
TINJAUAN PUSTAKA
Evaporasi
Evapotranspirasi adalah penguapan total baik dari permukaan air, daratan, maupun dari tumbuh-tumbuhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi ini antara lain: suhu udara, kembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, ketinggian lokasi proyek, dan lain sebagainya. Di dalam perencanaan  irigasi, penilaian jumlah air yang dibutuhkan untuk suatu areal tidak memisahkan antara evaporasi dan transpirasi. Istilah yang digunakan adalah ET, dan merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi. Oleh karena air yang digunakan oleh tanaman untuk proses metabolisme hanya sedikit atau kurang dari 1%, nilai tersebut diabaikan (Asnawi Marjuki, 1993).
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) didefinisikan sebagai banyaknya air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan satuan waktu, yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan (transpirasi) dan dievaporasikan dari permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah transporasi. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu udara, cahaya matahari, dan angin. Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara, yaitu (1) menghitung jumlah air yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu, (2) menggunakan factor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, (3) menggunakan Iysimeter (Hasan Basri Jumin, 2002).
Evapotranspirasi ialah gabungan penguapan oleh semua permukaan dan transpirasi tumbuhan penguapan oleh tumbuhan dapat berupa penguapan biasa secara fisika (evaporasi). Kalau penguapan tersebut berasal dari air yang melengket pada organ tumbuhan dan dapat pula berupa transpirasi, kalau berasal dari proses fisiologis. Penyediaan energi luar untuk evaporasi permukaan organ-organ yang prinsipnya oleh perubahan energi radiasi menjadi energi panas, jenis vegetasi alam, dan keadaan tanah (Gazali Ismail, 1989).

Curah Hujan
Kedua alat penakar hujan otomatis diletakkan pada tempat terbuka. Jarak antara penakar hujan 150 meter dari tempat penelitian. Kedua tipping bucket berada pada ketinggian 15 meter dari permukaan tanah. Tipping bucket dihubungkan dengan sebuah data logger (Delta-T Devices Ltd.,Cambridge,UK) dengan interval 5 menit untuk mendapatkan data secara terus menerus. Sebuah corong dan jerigen berukuran 65 Liter ditempatkan pada daerah yang terbuka, dengan ketinggian 1 meter diatas permukaan tanah, dan bersudut tidak lebih dari 45 derajat dari tajuk pada plot penelitian. Untuk setiap kejadian hujan, pencatatan dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga selesai. Apabila pada pukul tersebut masih terjadi hujan, maka pencatatan dilakukan setelah hujan benar-benar berhenti (Anonim, 2010)
             Pada alat penakar manual,  untuk mendapatkan data curah hujan dalam satuan milimeter, dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan curah hujan kotor (Pg). Intersepsi diperkirakan dari hasil pengukuran hujan di tempat yang terbuka ( Gross Presipitation / Pg ), Air lolos ( Troughfall / Tf ), dan Aliran Batang ( Steamflow / Sf ). Selisih antara curah hujan di tempat terbuka, air lolos, dan aliran batang merupakan besaran intersepsi hujan ( Ic ). Pemilihan vegetasi yang digunakan untuk mengukur aliran batang pada plot penelitian berdasarkan kelas diameter batang pohon. Pemilihan tersebut berdasarkan diameter pohon diatas 10 cm (Anonim, 2008)
            Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angina diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi (Handoko, 2003).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Data

Tabel Curah Hujan
No.
Hari (ulangan)
Volume gelas ukur
Curah Hujan
1
Senin (1)
750 ml
79 mm
2
Selasa (2)
550 ml
58 mm
3
Rabu (3)
680 ml
71 mm
4
Kamis (4)
390 ml
41 mm
5
Jumat (5)
480 ml
50 mm
6
Sabtu (6)
750 ml
79 mm
7
Minggu (7)
140 ml
15 mm

Luas penampang corong =  Ï€ r2                                      1 ml = 1 cm3 = 10 mm3
                                        =  3,14 . 5,52
                                        =  3,14 . 30,25
                                        =  95 cm2
                                        =  950 mm2





           













Tabel Evaporasi
No.
Hari (ulangan)
Po
Pi
Eo
CH
1
Senin (1)
28 mm
21 mm
86 mm
79 mm
2
Selasa (2)
27 mm
22 mm
63 mm
58 mm
3
Rabu (3)
27 mm
19 mm
79 mm
71 mm
4
Kamis (4)
26 mm
14 mm
53 mm
41 mm
5
Jumat (5)
26 mm
19 mm
57 mm
50 mm
6
Sabtu (6)
25 mm
10 mm
94 mm
79 mm
7
Minggu (7)
24 mm
  5 mm
34 mm
15 mm

            Rumus  :  Eo = (Po – Pi) + CH
                                   = (28 – 21) + 79
                                   = 7 + 79
                                   = 86 mm


           

           




Pembahasan

Evaporasi
Alat-alat yang dipakai dalam praktikum Evaporasi ini adalah panci terbuka (evaporimeter) yang dapat digunakan untuk mengukur penguapan yang terjadi. Evaporasi merupakan proses penguapan yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer. Evaporasi juga merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi yang merupakan perubahan fase cair menjadi fase gas.
Pada table dapat diliat bahwa penguapan tertinggi terjadi pada tanggal 2 yaitu Eo = 89,  dengan curah hujan CH = 88, dan penguapan terendah terjadi pada tanggal 14 yaitu Eo = 25, dengan curah hujan CH = 21. Hal ini terjadi karena semakin tinggi curah hujan yang terjadi pada suatu daerah, maka semakin tinggi pula penguapan (evaporasi) yang terjadi pada daerah tersebut.

Curah Hujan
      Alat pengukur curah hujan terdiri dari dua jenis, yaitu alat penakar curah hujan manual (obrometer dan type observatorium), dan alat penakar curah hujan otomatis (Pendiks, Hellman dan Tilting Siphon).

§  Type Observatorium, yang terdiri dari:
1.      Corong penampung curah hujan
2.      Silinder penampung air hujan
3.      Corong penyalur air hujan ke penampung
4.      Tiang dari kayu/beton 120 cm dipasang dari tanah ke mulut corong
5.      Gelas penampung untuk mengukur air hujan
Syaratnya harus pada lapangan terbuka, dan tegak lurus/waterpaise (rata-rataan).

§  Type Panci kelas A
Spesifikasi:
1.      Diameter: 120,7 cm
2.      Bibir panci: 24,4 cm
3.      Terbuat dari baja/logam campuran
Pembentukan butir-butir air hujan terjadi karena adanya butir-butir awan yang terbentuk dari butir-butir air. Butir-butir yang lebih besar mempunyai kecepatan yang jatuh lebih besar dari butir air yang lebih kecil. Tumbukan antar butir-butir yang disertai penyatuan menyebabkan butir-butir bertambah besar dan berat sehingga mampu melawan udara dan jatuh sebagai hujan. Laju pembentukan awan melalui proses tumbukan dan penyatuan ini lebih besar dari laju dengan kondensasi. Pengukuran curah hujan yang dilakukan pada hari tersebut harus dicatat pada hari itu juga dan langsung ditulis pada tabel pencatat.







PENUTUP
Kesimpulan

  1. Evaporasi yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi, merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi.
  2. Evapotranspirasi tergantung pada jenis vegetasi alam, terutama kapasitasnya untuk memancarkan radiasi, ditentukan oleh keadaan tanah dan penurunan konsentrasi uap.
  3. Alat yang dipakai untuk mengukur curah hujan adalah alat penakar curah hujan manual dan alat penakar curah hujan otomatis.
  4. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angin diatas medan datar.

Saran
            Diharapkan kepada asisten tidak cepat marah pada hal-hal yang terjadi tanpa disengaja.    









DAFTAR PUSTAKA


Asnawi Marjuki,. (1993). Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.

Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB.

Ismail, Gazali, 1989, Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Padang: Angkasa Raya.

Jumin, Hasan Basri, 2002, Dasar-Dasar Agronomi, Jakarta: PT. Rajagrafindo.

Anonim, 2010. Cuaca Iklim, www.wikipedia/cuacaiklim.menlh.co.id. (4     Desember 2010).

Anonim, 2008. Curah Hujan , www.wikipedia/hujan.menlh.go.id. (4 Desember     2010).





LAMPIRAN




0 Response to "Curah Hujan Dan Evaporasi"