BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama
Samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari
langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim ada 3, yaitu Yahudi, Nasrani,
dan Islam. Ketiga agama ini mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan yang
beberapa di antaranya sangat mendasar. Yahudi adalah agama tribal/kesukuan yang
hanya bisa dianut oleh bangsa Yahudi. Agama ini tidak bisa disebarkan ke luar
dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya tidak berkembang. Hanya sekitar 14 juta
pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama Nasrani dan Islam karena
disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Penjelasan Kerangka Dasar
Ajaran Islam ?
2.
Apa Unsur-unsur Ajaran Islam?
3.
Bagaimana Fungsi dan Kedudukan
Ajaran/Aqidah Islam ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan
Definisi Dasar Ajaran Islam
2. Menjelaskan
Unsur-unsur Ajaran Islam
3. Mengetahui
Fungsi dan Kedudukan Ajaran/Aqidah Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Dasar Ajaran Islam
Islam
pada hakikatnya adalah aturan atau undang – undang Allah yang terdapat dalam
kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang meliputi perintah dan larangan serta
petunjuk supaya menjadi pedoman hidup dan kehidupan umat manusia guna
kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Secara
umum aturan itu dibagi menjadi 3 hal pokok, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.
1.
Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang
mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran Islam berisikan tentang apa saja
yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap muslim. Karena agama
Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka aqidah
merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang
manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat
dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul
dasar dalam Islam yang pertama dan utama.
Aqidah
dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman
meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul,
hari akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136
yang artinya “ Wahai orang yang beriman,
tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan
kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut,
maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim
adalah :
Ø Meyakini
bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan
syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
Ø Meyakini
bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating
dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
Ø Meyakini
bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusioa
dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.
2.
Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah
syari’ah yang berisi peraturan dan perundang- undangan yang mengatur aktifitas
yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan
inti ajaran Islam. Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah
sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum
meliputi 2 bidang :
Ø Syari’at
yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah mahdah /
khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan
secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks
ini, syari’at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada
Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
Ø Syari’at
yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk
lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang
mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan
alam sekitarnya.
Adanya
sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia,
bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu akhirat.
Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat
formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan
manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam
tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam
QS. Az-Zariyat, ayat 56
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“
Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia
kecuali supaya beribadah kepada- Ku “
Hubungan
horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya
umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya,
tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
3.
Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar
Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq
maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi yang berbeda di
antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan manusia darin segi
hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat
perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam,
sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai sikap terhadap
dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
4.
Keterkaitan antara Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq
Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq pada
dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran Islam. ketiga unsur tersebut
dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
Aqidah sebagai sistem kepercayaan
yang bermuatan elemen – elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan
hakikat keberadaan agama. Sementara syari’ah sebagai sistem nilai berisi
peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sdangkan akhlaq sebagai sistem etika
menggambarkan arah dan tujuan yuang hendak dicapai agama. Oleh karena itu,
ketiga komponen tersebut seyogyanya terintegrasi dalam diri seorang muslim.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon.
Akarnya adalah aqidah, sementar batang, dahan, dan daunnya adalah syari’ah,
sedangkan buahnya adalah aqidah. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki
aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syari’ah yang
hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlaq yang terpuji.
Atas dasar hubungan itu, maka :
v Seseorang
yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah , maka
orang itu termasuk dalam kategori kafir.
v Seseorang
yang mengaku beraqidah, tetapi tidak mau melaksanakan syari’ah, maka orang itu
disebut fasik.
v Seseorang yang mengaku beraqidah dan
melaksanakan syari’ah, tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus, maka
orang itu disebut munafik.
5.
Akhlak dua konsepsi tasawuf
Dalam konsepsi etika atau akhlak ,di
kenal istilah “taswuf”yang mulai populer ketika umat islam di pimpin oleh di
nasti Muawiyah pada abad ke-8 Masehi.konsepsi baru etika ini,tidak di kenal
siapa pencetusnya dan tidak pula di ketahui secara pasti mengenai pengertian
terminologisnya.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa
tasawuf muncul dengan latar belakang gerakan moral yang di lakukan oleh suatu
kelompok umat islam untuk meningkatkan kualitas peribadatan kepada Allah
Swt.Dengan cara melakukan uz l ah(meninggalkan )kemewahan dunia.Mereka hidup
dengan amat sederhana (ascetik)sebagai bentuk perlawanaan moral terhadap
suasana kehidupan umat ketika itu yang cendrung hidup bermewah-mewah .tujuan
mereka adalah mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah swt.sehingga dapat
melihat.Zat Allah dengan mata hatinya,serta merasakan kehadirannya secara
rohaniah.
Dalam perkembangan,selanjutnya ada
juga kelompok yang menjadikan tasawuf sebagai suatu metode spesifik untuk
meningkatkan kualitas pendekatan jiwa secara ekstrim kepada Allah swt. Bagi
kelompok ini,Allah swt yang bersifat immateri hanya bisa di dekati oleh sesuatu
yang immateri pula yang dengan jiwa.Dan karena zat Allah itu maha suci maka
jiwa yang bisa mendekatinnya hanyalah jiwa yang bersih pula.persoalan
berikutnya adalah bagaimanakah cara penyucian jiwa sehingga bisa mendekati Zat
immateri yang maha suci itu.
Jiwa bisa mencapai tahap suci jika
di latih(riyadah) melalui sejumlah tahap tertentu(magam station )yang di mulai
dengan pengasingandiri(uzlah)dari kehidupan dunia dengan metode
taubah(tobat),sabar(sabar)tahap selanjutnya adalah penegasan diri yang di
lakukan dengan metode marifah (melihat zat Allah secara sesungguhnya )dan fana
dan baqa (hilangnya ke sadaran diri terhadap tubuh kasar atau jasmani) kemudian
fase puncaknya adalah ittihat (menyatukan jiwa manusia dalam wujud Allah) atau
hulul (menyatukan wujud Allah dalam jiwa raga manusia).Demikian pemaknaan
tasawuf bagi beberapa kelompok.Apa dan bagaimanakah kita mendudukkan tasawuf
dalam konteks sistem etika islam?
Konsepsi etika mulai dari segi
filosofi dan dasar-dasar bangunannya hingga sikap watak dan adat yang mesti
pelihara dan di kembangkan oleh manusia
pada dasarnya telah diletakkan oleh Allah swt.Dalam kitab-Nya dan
melalui akhlak yang di contohkan secara konkret oleh Rasulullah dalam perilakunya
sehari-hariAllah swt berfirman :
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (diciptakan) atas
perangai yang besar(terpuji)”(Al-Qalam,68:4)
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya pada diri Rasul Allah(telah
cukup tersediah )ke teladaan yang baik (yakni)bagi orang yang mengharapkan
(rahmat)Allah dan (ke datangan) Hari Akhir dan (menyebutkan)zikir yang banyak
(kepada)Allah”(Al-Ahzab,33:21)
Oleh karena itu konsepsi tasawuf
dapat di terima sepanjang memanifestasikan ajaran ald-ilak yalmi melatih ke
sucian jiwa dan budi pekerti yang baikMisalnya melatih sikap zuhud dalam
pengertian hati tidak di kendalikan atau didominasikan oleh dunia.”Dan sikap
tawakal dalam pengertian”beriktiar dengan keras lalu berserah diri kepada Allah
atas segala hasil yang di raihnya dan latihal-latihan kejiwaan lainnya yang
sesuai dengan ajaran alquran dan contoh Rasul,karena yang demikian itu pada dasarnya
adlah akhlak islam dan kalaupun ada perbedaan maka hanya terletak pada istilah
semata yakni istilah akhlak tasawuf.
Adapun pelatihan sikap dengan
tasawuf yang makna dan maksudnya menyalahi semangat dan contoh ajaran Allah dan
Rasul-Nya seperti “zuhud”yang diartikan dengan “sikap menegasi(meninggalkan
)kehidupan dunia “dan”tawakkal”yang di maknai dengan “berserah diri kepada
Allah secara pasif tanpa perlu kepada iktiar “bersatunya serta berlebih-lebihan
pada taswuf yang bersifar ekstrim seperti “ittihad”bersatunya jiwa manusia dan
dengan wujud Allah) dan”hulul”(bersatunya wujud Allah dan jiwa rag manusia)maka
demikian itu bukan saja tidak boleh masuk dalam sistem etika islam,melainkan
seharusnya dibuang jauh-jauh dari ajaran islam.
6.
Islam dan relevansi nya dengan ilmu-ilmu lain
Hukum-hukum muamalah yang di bawah
islam cukup lengkap alquran memberikan prinsip-prinsip umum yang sempurna guna
menjadi landasan bagi penyelesaian problema pergaulan dan perumusan hukum-hukum
kemasyarakatan Allah swt berfirman
B. UNSUR-UNSUR AJARAN ISLAM
Islam
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama Islam dapat
dijelaskan sesuai hadist riwayat Muslim dibawah ini :
Dari
Umar ra. juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah s.a.w) seraya berkata:
“Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
s.a.w, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah)
selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian
dia berkata, “anda benar“.
Kami
semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi, “Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian
dia berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang
ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau
bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“.
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian“. (HR. Muslim).
Hadits
ini menerangkan pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta
memperhatikan isi Al Qur’an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa
pada dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar
adalah aqidah, syariah dan akhlak.
Ditinjau
dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang
meliputi :
Ø Hubungan
manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai
firman yang berbunyi :
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahku”. (QS.51: 56)
Ø Hubungan
Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai
firman yang berbunyi :
وَلَا
تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ
شَدِيدُ الْعِقَابِ
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan”. (QS.5:2).
Ø Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai
firman yang berbunyi :
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ
الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ
”Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmuran”.
(QS.11:61)
Dilihat
secara parsial maka Dinul Islam dapat dibedakan kepada :
1. Iqlimiyah Al-Islam
Adanya
ajaran – ajaran Islam yang berbeda dalam satu iklam (wilayah) dengan wilayah
lainnya sebagai akibat perbedaan situasi dan kondisi.
2. Alqawa’id Al-Hikmah
Ajaran
Islam yang memiliki kontek keberlakuan akidah secara mendunia sepanjang masa.
C.
KEDUDUKAN AQIDAH DALAM ISLAM
1. Pengertian Aqidah
Aqidah
secara bahasa berasal dari kata ( عقد)
yang berarti ikatan. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata
‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan
dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah
aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah
yang sesat atau menyimpang.
Dalam
ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta
taqdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal
dengan ‘Hadits Jibril’.
2. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam
ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun
tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa
bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja,
bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan. Maka, aqidah yang benar
merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal.
Allah swt berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Artinya:
“Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan
dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak
menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi:
110)
Mengingat
pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah
dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang
cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu
tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian
keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan
keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh
bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan
penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang
lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi
pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau
keimanan dalam ajaran Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah
membahas secara satu persatu bagian dari “Kerangka Dasar Islam”,dapat
disimpulkan bahwa:
1. Aqidah
adalah semua sistem kepercayaan atau keyakinan .
2. Syari‟ah
adalah sistem norma (kaidah) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia dalamkehidupan sosial,
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.
3. Ilmu
akhlaq adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk pada sikap danperilaku
manusia serta segala sesuatu yang berkenaan dengan sikap dan perbuatanyang
seyogyanya diperlihatkan manusia terhadap manusia lain, dirinya sendiri
danlingkungan hidupnya. Sumber akhlaq Islam adalah Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
4. Hubungan
bagian-bagian kerangka dasar ajaran agama Islam adalah aqidah sebagaisistem
kepecayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan yangmenggambarkan
sumber dan dan hakikat keberadaan agama. Sementara syari‟at sebagai sistem
nilai yang berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.Sedangkan akhlaq,
sebagai sistematika yang menggambarkan arah dan tujuan yanghendak dicapai agama
Unsur-unsur AjaranIslam
Ø Hubungan
manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Ø Hubungan
Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Ø Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Kedudukan Aqidah dalam
Islam
Merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat
dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik
dan buruk.
B.
KRITIK DAN SARAN
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini, dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya, juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr Azra Azyumardi. 2002, Buku Teks
Pendidikan Agama Islam. Jakarta 18 Agustus 2002 Direktorat Perguruan
Tinggi.
Mubarak,
KH Zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan
Muslim. Yayasan Ukhuwah Ihsaniah, Depok.
Komentar