MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID



LIQUID




DISUSUN
OLEH :









POLTEKES KEMENKES ACEH
BANDA ACEH
2016





KATA PENGANTAR


Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  makalah Teknologi Sediaan Semi Solid.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sediaan Liquid, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, dan referensi. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid).
           Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
             Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar. Sediaan liquid lebih banyak digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet dan pil yang memiliki rasa pahit atau tidak enak. Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. Namun, sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba sehingga tumbuh jamur pada sediaan.



Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan liquid.

A.    Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertiaan sediaan cair
2.      Menyebutkan pembagian sediaan cair
3.      Menyebutkan keuntungan dan kerugian sediaan cair

B.     Tujuan
1.      Dapat menjelaskan pengertiaan sediaan cair
2.      Dapat menyebutkan pembagian sediaan cair
3.    Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian sediaan cair



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sediaan Cair
Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup, larutan suspensi, atau emulsi.

B.     Pembagian Sediaan Cair
1.      Larutan (Solutions)
Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya. Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh dari larutan antara lain, Larutan penyegar cap kaki tiga dan Iodine povidon solution.
Larutan dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :
a.       Berdasarkan cara penggunaannya :
§ Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air.
§    Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.
§ Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan

§  untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
§  Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.
§  Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.
a.       Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut
§  Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
§  Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
§  Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya.
b.      Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
§  Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
§  Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
§  Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
§  Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan :
1. Kelarutan zat aktif 
2. Kestabilan zat aktif dalam larutan
3. Penyimpanan
Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan
1.      Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Memiliki pengertian bahwa molekul polar (zat terlarrut) larut dalam pelarut polar, sebaliknya molekul non polar (zat terlarut) akan larut dalam pelarut non polar.
2.      Co-solvency
Adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan penambahan pelarut lain, atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air + gliserin (Syamsuni, A., 2006).
Syarat – Syarat Larutan
1.  Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak ada endapan
2. Suspensi
Ada beberapa defenisi mengenai suspense :
a.   Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, Moh., 2004. Halaman 149).
b.   Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bendtuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a., 1979. Halaman 32)
c.  Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A., 2006. Halaman 135).

Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam fase cair serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Suspense terdiri dari beberapa bagian :
a.  Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
b.   Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan kulit.
c.   Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
d.   Suspensi oftalmik adalah sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
e.    Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai persyaratan suspensi steril. (Syamsuni, A. 2006).

Syarat-syarat Suspensi adalah sebagai berikut :
a.       Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b.      Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
c.       Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense
d.      Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
e.      Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke atas dari  cairan suspense
f.      Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya endapan    partikel dalam waktu yang singkat
g.   Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang menghasilkan bahan yang sukar       larut dalam cairan tertentu.

Metode atau cara Pembuatan Suspensi :
a.       Metode Dispersi
 metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam misilago yang telah  terbentuk, kemudian baru di encerkan.
b.      Metode Prestipitasi
 zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam pelarut organik yang hendak di  campur dengan air. (Syamsuni, A. 2006)

Sistem Pembentukan Suspensi :
a.       Sistem defukolasi, partikel defukolasi mengendap perlahan akhir nya membentuk sedimen,akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
b.      Sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
(Syamsuni, A. 2006)

3. Emulsi
Ada beberapa pengertian mengenai emulsi :
a.     Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )
b.   Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995. Halaman 6 )
c.   Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Anonim a. 1979. Halaman 9 )
d.  Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.

Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Ada beberapa jenis emulsi sebagai berikut :
a.     Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
b.     Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
c.     Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi (Syamsuni, A. 2006)

Emulsi terbagi dalam beberapa tipe :
a.    Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
b.  Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, A. 2006)

Ada beberapa contoh kerusakan emulsi yang tidak memenuhi persyaratan :
a.     Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
b.    Koalesensi dan cacking (breaking)
Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
§  Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
§  Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
§  Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
c.   Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.
Ada beberapa metode pembuatan emulsi :
a. Metode GOM kering
b. Metode GOM basah
c. Metode botol

C. Manfaat Dan Kerugian Sediaan Cair
1.      Larutan
a.       Keuntungan
§  Merupakan campuran homogeny
§  Dosis dapat diubah – ubah dalam pembuatan
§  Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
§  Kerja awal obat lebih cepat, karena obat cepat di absorbs
§  Mudah diberi pemanis, pengaroma, pewarna
§Untuk pemakaian luar mudah digunakan

b.       Kerugian
§  Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
§  Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, A., 2006).
1.      Emulsi
a.       Keuntungan
§  Meningkatkan bioavalailibilitas obat
§  Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan hidrolis
§  Mentupi rasa tidak enak
§  Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang excellent) ke kulit.
§  Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik atau dermatologi dapat di control.
§  Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil dengan ukuran < 1 ยต untuk mencegah emboli.
2.      Suspensi
a.       Keuntungan
§  Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat.
§  Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
b.      Kerugian
§      Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
§    Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
§   Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup, larutan suspensi, atau emulsi.

B.     SARAN
            Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya sangat penulis harapkan.


DAFTAR PUSTAKA


Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Erlangga : Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC : Jakarta.

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. EGC : Jakarta.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta


Komentar