PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Angina
pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan, penyebab diperkirakan
berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak
adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan jantung meningkat. Angina
biasanya diakibatkan oleh penyakit aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan
dengan sumbatan arteri koroner utama (Barbara C Long, 2006).
Di
Amerika Serikat di dapatkan bahwa kurang lebih 50% dari penderita penyakit
jantung koroner mempunyai manifestasi awal angina pectoris stabil (APS). Jumlah
pasti penderita angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden
angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213
penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika memperkirakan ada
6.200.000 penderita APS ini di Amerika Serikat. Tapi data ini nampaknya sangat
kecil di bandingkan dari laporan dua studi besar dari Olmsted Country dan
Framingham yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3%
sampai 3,5% dari penderita angina pectoris pertahun atau kurang lebih 30
penderita angina pectoris untuk setiap penderita infark miokard akut (Tucker,
2008).
Di
Indonesia penyakit jantung adalah pembunuh nomor tiga. Jantung adalah organ
tubuh yang bekerja paling kuat. Setiap harinya organ tubuh ini memompa ± 16.000
liter darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah sekitar 90.000 km. Walaupun
relative kecil, namun organ ini bekerja dua kali lebih keras dari pada betis
pelari sprint atau otot petinju kelas berat. Tidak ada otot kecuali otot rahim
wanita yang bekerja siang dan malam selama 70 tahun atau lebih seperti jantung.
Berikut ini terdapat beberapa anjuran yang akan berguna bagi pemeliharaan
kesehatan jantung. Namun, yang perlu ditekankan bahwa dengan mengikuti
anjuran-anjuran bukan berati kita akan kebal terhadap penyakit jantung, sebab
sampai sekarang belum ada sesuatupun yang dapat memberi kekebalan seperti itu
(Barbara C. Long, 2006).
Mengingat banyaknya jumlah penderita angina
pectoris dan kerugian yang ditimbulkan terutama secara ekonomi, diperlukan
penatalaksanaan yang lebih komperehensif. Tetapi angina pectoris stabil
terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan
kematian sehingga meningkatkan harapan hidup serta mengurangi gejala dengan
harapan meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk
menderita suatu penyakit jantung koroner perlu dilakukan tes secara noninvasive
maupun invasive untuk memastikan diagnose serta menentukan sertifikasi resiko.
Penderita angina pectoris stabil dengan resiko tinggi atau resiko sedang yang
kurang berhasil dengan terpi standar, perlu dilakukan tindakan revaskularisasi,
terutama bila penderita memang menghendaki. Walaupun telah banyak kemajuan
dalam penatalaksanaannya.
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian dari angina pektoris?
2. Apa
etiologi dari angina pektoris?
3. Ada
berapakah klasifikasi angina pektoris?
4. Bagaimanakah
tanda gejala angina pektoris?
5. Bagaimanaka
pathways angina pectoris?
6. Bagaimanakah
penatalaksanaan angina pectoris?
7. Bagaimanakah
pengkajian keperawatan angina pectoris?
8. Bagaimanakah
diagnose keperawatan dan intervensi angina pectoris?
1.3. Tujuan
1.
Mengerti
pengertian dari angina pektoris.
2.
Mengetahui
klasifikasi angina pektoris.
3.
Dapat
menjelaskan etiologi angina pektoris
4.
Mengetahui tanda
gejala angina pectoris.
5.
Mengetahui
pathways angina pectoris.
6.
Dapat
menjelaskan penatalaksanaan angina pectoris.
7.
Dapat mengkaji
keperawatan angina pectoris.
8.
Dapat
mendiagnose keperawatan dan intervensi angina pectoris.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep
Dasar Medik
2.1.1. Definisi
Angina pektoris adalah nyeri dada
yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar keperawatan
kardiotorasik, 1993).
Angina
pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada
yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera
hilang bila aktifitas berhenti. (Prof.
Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Angina
pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun
Praktis Kardiovaskuler)
Angina
pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksismal nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. (Brunner dan Suddart,
1997
Angina
pectoris ialah keadaan di mana klien merasa sakit dada yang kuat akibat dari
penyakit jantung ischemic iaitu kekurangan pengaliran darah dan oksigen ke
myocardium jantung. (Angina bermaksud tercekik. Pectoris bermaksud dada).
Angina
biasanya terjadi waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang
berat. Selama periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen
darah daripada arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas
berlangsung dari 1 sampai 15 menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan
menempatkan tablet nitroglycerin dibawah lidah. Nitroglycerin mengendurkan
pembuluh-pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan
nitroglycerin mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi
membebaskan angina.
2.1.2. Etiologi
A. Faktor
penyebab Angina Pektoris antara lain:
·
Suplai oksigen
yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung dibandingkan kebutuhan.
·
Ketika
beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja jantung meningkat.
Otot jantung memompa lebih kuat.
·
Riwayat merokok
(Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
·
Angina
disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Kadang-kadang
, jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan angina.
·
Ateriosklerosis
merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi
lebih tebal dan kurang lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan
sebelah dalam dari dinding arteri.
·
Spasme arteri
koroner
·
Anemia berat
·
Artritis
·
Aorta
Insufisiensi
B. Faktor
resiko antara lain adalah:
Dapat
Diubah (dimodifikasi)
·
Diet
(hiperlipidemia)
·
Rokok
·
Hipertensi
·
Stress
·
Obesitas
·
Kurang aktifitas
·
Diabetes
Mellitus
·
Pemakaian
kontrasepsi oral
Tidak
dapat diubah
·
Usia
·
Jenis Kelamin
·
Ras
·
Herediter
C. Faktor
pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
·
Emosi
·
Stress
·
Kerja fisik
terlalu berat
·
Hawa terlalu
panas dan lembab
·
Terlalu kenyang
·
Banyak merokok
2.1.3. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina
pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium
yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir
arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat
pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih
banyak darah dan oksigen keotot jantung.
Namun
apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis
dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan
oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Angina
Pectoris Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat
Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus
koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang.
Penyempitan
atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai
75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan
nyeri angina:
1. Latihan
fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan
terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan
makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress
atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah
dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
Penimbunan
lemak (lipid) dan jaringan fibrous pada dinding arteri koroner
↓
Penyempitan
pembuluh darah koroner
↓
Obstruksi
/ hambatan aliran darah miokard
↓
Iskemia
(berkurangnya kadar oksigen)
↓
Mengubah
metabolisme aerobik menjadi an aerobik
↓
Tertimbun
asa laktat
↓
Ph
sel menurun
↓
Muncul
efek hipoksia
↓
Mengganggu
fungsi ventrikel kiri
↓
Menurunnya
fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya jumlah
curah jantung sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung
berdenyut)
↓
Berkurangnya
daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung (heremodinamik)
↓
Tekana
jantung kiri, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dan paru-paru
kiri meningkat
↓
Peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung
↓
Nyeri
2.1.4. Manifestasi
Klinis
Iskemia
otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa
tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa
akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas
atau sternum ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya
terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan
aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien
biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus
menerus. Rasa lemah di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan
menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa
akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila
faktor presipitasinya dihilangkan.
Kualitas
nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
A. Elektrokardiogram
Gambaran
elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST
dan gelombang T menjadi negatif.
B. Foto
Rontgen Dada
Foto
rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak
adanya kalsifikasi arkus aorta.
C. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi
pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida
perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang
juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.
D. Uji
Latihan Jasmani
Karena
pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali
perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada
waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill
atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di
tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
E.
Thallium
Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan
ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas
dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada
puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah
latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal.
Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.
Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini
dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi
antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga
teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri
koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah,
penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan
untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil
akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah
pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan
untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.
2.1.7. Komplikasi
·
Stres psikologis
·
Infark Miokard
·
Aritmia
·
Gagal jantung
2.2.1. Konsep
Dasar Medik
2.2.1. Pengkajian
Data Subjektif :
1.
Lokasi Nyeri
(menyebar kebagian mana)
2.
Dada terasa
berat, kencang, seperti diperas.
3.
Awitan dan
lamanya nyeri
4.
Faktor-faktor
pencetus nyeri: kegiatan, panas, dingin, stres, makanan.
5.
Faktor-faktor
yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitrogliserin.
Data Objektif :
Apabila
nyeri angina sedang dialami pasien, fokus perawat adalah tingkah laku pasien,
seperti tampak cemas, ketakutan & memegang dada. Disamping itu, perawat
perlu melihat TTV dan perubahan pada irama jantung.
2.2.2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri yang
berhubungan dengan penyumbatan arteria koronaria, vasospasme, hipoksia, uji
diagnostik, dan kegiatan yang melelahkan.
2.
Gangguan perfusi
jaringan yang berhubungan dengan hipertensi, angina, penyumbatan arteria
koronaria.
3. Intoleran
aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, suplai oksigen tidak seimbang
dengan kebutuhan, imobilisasi, nyeri kelelahan.
4. Defisit
pengetahuan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif.
5. Cemas
yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, perubahan fungsi dan peran,
konsep diri, ancaman kematian
2.2.3. Rencana Keperawatan
1. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK MIOKARDIUM
|
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien berkurang/ teratasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien
melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan pasien untuk memberitahu
perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
|
Nyeri dan penurunan curah jantung
dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar nor
epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan trombokxane
A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan
frekuensi jantung.
|
Identifikasi terjadinya faktor
pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi nyeri.
|
Membantu membedakan nyeri dada
dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil
(angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak
stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
|
Evaluasi laporan nyeri pada
rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi kiri.
|
Nyeri jantung dapat menyebar
contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal
yang sama.
|
Letakkan pasien pada istirahat
total selama episode angina.
|
Menurunka kebutuhan oksigen
miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau nekrosis.
|
Tinggikan kepala tempat tidur bila
pasien napas pendek
|
Memudahkan pertukaran gas untuk
menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
|
Pantau kecepatan atau irama
jantung
|
Pasien angina tidak stabil
mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang
terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
|
Panatau tanda vital tiap 5 menit
selama serangan angina
|
TD dapat meningkat secara dini
sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi.
|
Pertahankan tenang , lingkungan
nyaman, batasi pengunjung bila perlu
|
Stres mental atau emosi
meningkatkan kerja miokard
|
Berikan makanan lembut. Biarkan
pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
|
Menurunkan kerja miokard
sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan angina
|
Kolaborasi:
Berikan antiangina sesuai
indikasi: nitrogliserin: sublingual
|
Nitrigliserin mempunyai standar
untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari 100 tahun
|
2. PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN
INOTROPIK (ISKEMIA MIOKARD TRANSIEN/MEMANJANG)
|
|
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan
disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi
pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau tanda vital, contoh
frekuensi jantung, tekanan darah.
|
Takikardi dapat terjadi karena
nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga
terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung
|
Evaluasi status mental, catat
terjadinya bingung, disorientasi.
|
Menurunkan perfusi otak dapat
menghasilkan perubahan sensorium.
|
Catat warna kulit dan adanya
kualitas nadi
|
Sirkulasi perifer menurun bila
curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung
tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer
|
Mempertahankan tirah baring pada
posisi nyaman selama episode akut
|
Menurunkan konsumsi oksigen atau
kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi
|
Berikan periode istirahat adekuat.
Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi
|
Penghematan energy, menurunkan
kerja jantung.
|
Pantau dan catat efek atau
kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila
memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras)
|
Efek yang diinginkan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular.
Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap
iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek
terkumpul pada curah jantung.
|
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala
GJK
|
Angina hanya gejalab patologis
yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi fungsi
jantung emnjadi dekompensasi.
|
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi :
penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia);
verapamil(calan).
|
Meskipun berbeda pada bentuk
kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan
menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan
vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.
|
Penyakit beta, contoh atenolol
(tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal (brebivbloc).
|
Obat ini menurunkan kerja jantung
dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.
|
3. INTOLERANSI AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA
OTOT JANTUNG, BERKURANGNYA CURAH JANTUNG.
|
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien
dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas
yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologis.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji respons klien terhadap
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas
frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas;
dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaphoresis;
pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan parameter membantu
dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada
merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
|
Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energi.
|
Teknik menghemat energi mengurangi
penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
|
Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
|
4. ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN
ANCAMAN TERHADAP STATUS KESEHATAN.
|
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas
pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan
pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang
dapat diatasi.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan tujuan tes dan prosedur,
contoh tes stress.
|
Menurunkan cemas dan takut
terhadap diagnose dan prognosis.
|
Tingkatkan ekspresi perasaan dan
takut,contoh menolak, depresi, dan marah.
|
Perasaan tidak ekspresikan dapat
menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri.
|
Dorong keluarga dan teman untuk
menganggap pasien sebelumnya.
|
Meyakinkan pasien bahwa peran dalam
keluarga dan kerja tidak berubah.
|
Kolaborasi : berikan sedative,
tranquilizer sesuai indikasi
|
Mungkin diperlukan untuk membantu
pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping
adekuat.
|
5. KURANG
PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN
BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI.
|
|
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan
pola hidup.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji ulang patofisiologi kondisi.
Tekankan perlyunya mencegah serangan angina.
|
Pasien dengan angina membutuhkan
belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus
manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard.
|
Dorong untuk menghindari
faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu
lingkungan yang ekstrem
|
Dapat menurunkan insiden /beratnya
episode iskemik.
|
Kaji pentingnya control berat
badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga.
|
Pengetahuan faktor resiko penting
memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
|
Tunjukan/dorong pasien untuk
memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari
regangan.
|
Membiarkan pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress
jantung dan tetap dibawah ambang angina.
|
Diskusikan langkah yang diambil
bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat
bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
|
Menyiapkan pasien pada kejadian
untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan
bila terjadi serangan.
|
Kaji ulang obat yang diresepkan
untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
|
Angina adalah kondisi rumit yang
sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung,
memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
|
Tekankan pentingnya mengecek
dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas.
|
Obat yang dijual bebas mempunyai
potensi penyimpangan.
|
2.2.4. Evaluasi
1.
Mengungkapkan
bahwa nyeri angina berkurang atau hilang.
2. Menunjukkan
hemodinamik yang stabil (nadi dan tekanan darah) dengan melakukan kegiatan
seperti aktivitas hidup sehari-hari.
3. Dapat
mengidentifikasi kegiatan yang melelahkan dan dapat menghindarinya.
4. Dapat
menyebutkan faktor-faktor pencetus serangan angina.
5. Dapat
menjelaskan sifat angina & pengobatannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome
yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain
sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak
sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali digambarkan
sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar,
rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya
berkisar 1 – 15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke
rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang
juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat
capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi
akibat ischemia miokard.
Tipe Angina Pectoris antara lain
: Angina Stabil, Angina Non stabil (angina prainfark, angina
kresendo), dan Varian angina.
Mekanisme timbulnya angina pectoris
didasarkan pada ketidak adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang di
akibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner. Tidak
diketahui secara pasti penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada
faktor tunggal yang bertanggung jawab atas ateriosklerosis. Ateriosklerosis
merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi
sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka iskemik atau kekurangan
suplai darah miokardium dan hanya endotel yang cedera mengakbatkan hilangnya
produksi No atau Nitrat Oksid yang berfungsi untuk menghambat
berbagai zat yang relative.
3.2. Saran
1. Mahasiswa
diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina pektoris sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
2. Mahasiswa
harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan klien yang
menderita angina pektoris.
Komentar