ANALISIS NERACA AIR LAHAN
OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PETANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah
- Memahami cara mencari disetiap unsur
- Untuk mengetahui pada bulan yang cocok untuk menanam padi dan palawija.
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada (Hendrik, 1996 ).
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari semua komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada kapasitas yang terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan antara akar-akar berbagai jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini terjadi kompetisi untuk mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-masing jenis tanaman. Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori ), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada (Budiman, 1988 ).
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon, dan sebagian lagi oleh tajuk tanaman semusim, dan lainnya lolos ke permukaan tanah di bawah pohon dan di bawah tanaman semusim .Air yang ditahan oleh tajuk pohon dan tanaman semusim sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan) air dalam tanah. Tajuk pohon dan tanaman semusim yang berbeda mengakibatkan perbedaan jumlah air yang ditahan tajuk kedua jenis tanaman itu. Akibatnya jumlah air yang lolos dan mencapai permukaan tanah di bawah pohon dan dibawah tanaman semusim juga berbeda. Air hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Sebagian lagi mengalir dipermukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan tanaman semusim dan jumlah air yang jatuh di bawah kedua tanaman yang berbeda menyebabkan kecepatan infiltrasi dan limpasan permukaan di bawah tanaman semusim dan pohon juga berbeda. Dalam kondisi tertentu infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga tidak hanya cukup untuk menurunkan Rt menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan), tetapi mampu menampung limpasan permukaan dari areal di bawah tanaman semusim (Rosdan, 2001 ).
PROSEDUR PERCOBAAN
Langkah – Langkah Pengisian Tabel (mm)
Langkah 1 Kolom Curah Hujan (CH)
Diisi dengan data CH rata-rata dibulanan atau CH dengan peluang tertentu, mewakili seluruh lahan.
Langkah 2 Evapotranspirasi Potensial (ETP)
Diisi dengan nilai ETP standard (rumput) dari stasiun setempat atau dekat dan digunakan lisimeter.
Langkah 3 Kolom CH – ETP
Diisi nilai hasil dua kolom diatasnya.
Langkah 4 Kolom Akumulasi potensial untuk penguapan
(APWL = Accumulation of Potensial Water Lost)
Diisi penjumlahan nilai CH – ETP yang negatif secara berurutan bulan
ke bulan.
Langkah 5 Kandungan Air Tanah (KAT)
Pertama ditentukan kapasitas lapang air (KL = 300 konstan) karena nilai ini yaitu KAT max. Diisi nilai KAT pada bulan dimana terjadi APWL. Kolom KAT dibulan pertama CH – ETP memiliki nilai positif diisi dengan :
KAT = KATterakhir + CH – ETP.
Langkah 6 Perubahan KAT (dKAT)
Nilai dKAT dari suatu bulan dikurangi KAT bulan sebelumnya. Nilai dKAT positif dinyatakan terjadi perubahan kandungan air didalam tanah. Keadaan ini berlangsung periode di musim hujan.
Penambahan berhenti (dKAT=0) setelah KL tercapai, sebaliknya bila CH menurun hingga nilainya kurang dari ETP, maka seluruh CH akan dievapotranspirasikan. Demikian juga sebagian KAT akan dihisap ke permukaan tanah untuk maksud yang sama. Pada saaat tersebut dKAT menjadi negatif.
Langkah 7 Evapotranspirasi Aktual (ETA)
Pada bulan – bulan CH lebih kecil dari ETP, maka berlangsung ETA=CH + [dKAT] diseluruh air hujan dievapotranspirasikan bersama dengan air yang ditarik di dalam tanah. Pada bulan – bulan dimana CH melebihi ETP maka ETA = ETP karena ETA mencapai maksimmum.
Langkah 8 Defisit (D)
Arti D adalah berkurangnya air untuk dievapotranspirasikan. Sehingga
D = ETP – ETA dan terjadi di bulan – bulan di musim kemarau.
Langkah 9 Surplus (S)
Surplus ialah kelebihan air (CH>ETP), dimana S = CH – ETP – dKAT dan terjadi di bulan musim hujan.
Pembahasan:
Pada data di atas, Curah Hujan pada bulan Desember tinggi dengan nilai 184, hal ini pada tanaman padi atau palawija sangat berpengaruh, karena memerlukan air yang banyak. Curah Hujan tinggi sampai bulan April. Setelah bulan April ke depan Curah hujan sampai bulan September Curah Hujan menurun. Bulan ini bukan cocoknya menanam padi disebabkan kekurangan air. Apabila kekurangan air, tanaman padi dan palawija bisa tidak subur (mati).
Pada kolom KAT ini yaitu (Kandungan Air Tanah) sangat bagus untuk menanam padi karena Kandungan Air Tanah sangat lembab kelebihan air. Hampir setiap bulan memiliki kandungan air tanah pada bulan Januari – Desember. Ada sedikit turun pada bulan Maret hingga September.
Colom defisit memang tidak bisa menanam padi atau palawija. Karena defisit itu sendiri ialah kekurangan air. Dan selain itu nilai selain pada bulan Juni,Juli,Agustus dan September adalah 0.
Di kolom Surplus dilihat bulan Januari dengan nilai = 60, Februari = 67, Maret = 13, April = 90 terjadi peningkatan, dan Me sampai septemberi = 0 terjadi penurunan drastis. Dan bulan selanjutnya September hingga desemberJuni sampai Desember mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh faktor nilai dKAT (Perubahan KAT), hasil pengurungan dari CH- ETP dibulan Januari hingga April memiliki persamaan nilai dengan nilai dKAT= 0 . Hasil ini tidak menjadi kelebihan air bahkan sebaliknya tidak cocok untuk menanam padi (kekurangan air).
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari hasil praktikum kali ialah:
1. Kita dapat melihat dari hasil Grafik yang pertama bahwa data Curah hujan yang diperoleh mengalami penurunan pada bulan Mey hingga bulan September. Dan Juga mengalami peningkatan kembali pada bulan Oktober hingga Desember.
2. Pada Grafik yang kedua kita dapat melihat bahwa Kandungan Air Tanah(KAT) pada bulan Mey mengalami penurunan hingga bulan September. Dan juga mengalami peningkatan kembali pada bulan Oktober hingga Desember.
3. Dari hasil Grafik pertama kita melihat bahwa nilai yang di peroleh pada EvapotranspirasiPotensial(ETP) dan Evapotranspirasi Aktual(ETA)hampir mengalami nilai yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, 1988. Neraca Air . UGM ; Yogyakarta
Josh, Hendrik. 1996. Kesetimbangan Air dalam Neraca. Bandung .
Widiawati, Rosdan. 2001. Curah Hujan. Penerbit Erlangga ; Jakarta .
Komentar