UJI PERFORMANSI GEROBAK SORONG BERMESIN
UNTUK
PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA
SAWIT
RINGKASAN
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit sebagai salah satu
komoditas pertanian memiliki sifat mudah rusak. Apabila tidak diberikan
perlakuan dengan benar, maka TBS yang telah
dipanen akan mengalami penurunan kualitas yang besar. Parameter mutu yang
sering dijadikan dalam industri kelapa sawit biasanya adalah kadar air dan
bilangan asam. Dari beberapa aktifitas yang berhubungan dengan sistem
pemanenan buah sawit, ditemukan permasalahan dalam hal pengangkutan buah sawit
dari lahan perkebunan ke Tempat Pengumpul Hasil (TPH). Pemilihan alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama alat angkut dan kondisi jalan yang dilalui
sehingga perlu dikaji penggunaan gerobak sorong bermesin yang efektif untuk pengumpulan TBS kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja gerobak sorong bermesin untuk pengangkutan TBS
kelapa sawit.
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok faktorial terdiri dari faktor beban muatan dan
kecepatan putaran mesin. Parameter yang diamati adalah : (1) waktu angkut (2)
kapasitas kerja (3) kecepatan pengangkutan (4) konsumsi bahan bakar.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh muatan dan kecepatan putaran
mesin berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas kerja, kapasitas kerja
terbesar terjadi pada muatan 160 kg dengan kecepatan putaran mesin 4000 rpm
yaitu 29.305,26
kg/jam. Pengaruh muatan dan kecepatan putaran mesin secara
interaksi berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan pengangkutan, berpengaruh
sangat nyata pada muatan serta berpengaruh sangat nyata pada kecepatan putaran
mesin terhadap kecepatan. Konsumsi bahan bakar terbesar adalah 0,41 ml/detik
pada muatan 160 kg dengan kecepatan putaran mesin 4000 rpm dan terkecil adalah
0,30 ml/detik pada muatan 100 kg dengan kecepatan putaran mesin 4000 rpm.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil
minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan
yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah
mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan
kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan tanaman
perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik
oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani
(perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan
yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati
dan bahan agroindustri. Saat ini, produksi Crude
Palm Oil (CPO) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan produksi
ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, berhasil
menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per
tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi
perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Sukamto, 2008).
Indonesia yang saat ini berperan
sebagai produsen terbesar di dunia tentunya harus dapat menciptakan daya
komparatif dan kompetitif yang tinggi dalam persaingan perdagangan bebas
internasional. Hal ini tentunya dilakukan bukan hanya sebatas meningkatkan
kuantitas CPO yang diproduksi per tahunnya tetapi juga harus diiringi dengan
pengawasan terhadap kualitas CPO itu sendiri.
Minyak sawit memegang peranan penting
dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, standar mutu harus menjadi perhatian
utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini standar mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional. Mutu CPO dapat ditentukan oleh beberapa
parameter atau karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya
kadar air, dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada
setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produksi yang
dihasilkan. Dengan kata lain harus memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
ALB adalah faktor mutu yang paling
cepat berubah selama proses terjadi. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai
diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada
minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk
menekan kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. ALB dapat
diminimalkan dengan cara perebusan langsung Tandan Buah Segar (TBS) setelah
pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut jangan disimpan terlalu lama karena
enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit dapat meningkatkan kadar ALB.
TBS kelapa sawit sebagai salah satu komoditas pertanian memiliki sifat
mudah rusak. Apabila tidak diberikan perlakuan dengan benar, maka TBS yang telah dipanen
akan mengalami penurunan kualitas yang besar. Parameter mutu yang sering
dijadikan dalam industri kelapa sawit biasanya adalah kadar air dan bilangan
asam. Hal ini akan berimplikasi terhadap mutu hasil olahan tandan buah segar
ini, seperti minyak sawit mentah (CPO) dan kernel sawit (palm kernel). Produk olahan yang bermutu
rendah maka akan dihargai rendah pula oleh pasar, sehingga secara langsung
berdampak terhadap keuntungan. Salah satu yang dapat menyebabkan penurunan mutu TBS adalah kondisi restrain (belum olah) yang
terlalu lama. Dengan adanya penjadwalan transportasi yang baik, maka kondisi restrain TBS saat tepat selesai panen dan saat pengangkutan
dapat diminumkan.
Dari beberapa aktifitas yang
berhubungan dengan sistem pemanenan buah sawit, ditemukan permasalahan dalam
hal pengangkutan buah sawit dari lahan perkebunan ke Tempat Pengumpul Hasil
(TPH). Pengumpulan TBS kelapa sawit pasca pemanenan sebelum dibawa ke pabrik
terlebih dahulu dikumpulkan pada TPH yang ada. Alat yang selama ini digunakan
oleh petani kelapa sawit yaitu gerobak sorong (angkong). Penggunaan angkong
sudah lazim dilakukan oleh petani kelapa sawit dalam mengumpulkan TBS. Pemilihan alat angkut yang digunakan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama kondisi jalan yang dilalui,
sehingga perlu dikaji penggunaan
gerobak sorong bermesin yang
efektif untuk pengumpulanTBS kelapa
sawit.
1.2 Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji
kinerja alat transport gerobak sorong bermesin untuk pengangkutan TBS kelapa
sawit di perkebunan.
1.3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu :
1.
Terbatas
hanya pada penggunaan alat transport
gerobak sorong bermesin jarak
dekat dari pohon ke TPH.
2.
Parameter
yang di uji adalah rotasi per menit (rpm) pada mesin dan kapasitas muatan bak
gerobak.
3.
Pengujian
alat hanya dilakukan pada :
a.
Kapasitas
angkut
b.
Waktu
pengangkutan
c.
Konsumsi
bahan bakar
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat memudahkan pengangkutan TBS
kelapa sawit dan mempersingkat waktu angkut, karena waktu pengangkutan yang semakin singkat,
akan mengurangi pembentukan ALB TBS
kelapa sawit sebelum diolah
di dalam pabrik, sehingga akan meningkatkan nilai jual dari CPO.
Komentar