BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif,
didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum
adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan
dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh
guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan
hasil-hasil kurikulum itu pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang
akan menjiwai suatu kurikulum (Rahmat, 2009).
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan
memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum
tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses
pengembangan manusia.
Sebelum melangkah lebih jauh pada pembahasan mengenai
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, bagaimana konsep kurikulum. Kita
tentunya sudah mengetahui bagaimana konsep kurikulum tersebut. Dari pendapat
penulis dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum,
ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan
dengan pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada
para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun
masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Sejalan dengan permasalahan tersebut maka penulis
tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip Pengembangan
Kurikulum”. Makalah ini mengemukakan suatu pandangan tentang bagaimana
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yamg harus diberlakukan untuk mencapai
tujuan dari pengembangan itu sendiri.
B. Rumusan
Masalah
Penulis perlu membuat suatu rumusan masalah agar persoalan yang dibahas
menjadi lebih jelas dan dapat menjadi acuan bagi penulis melakukan pembahasan.
Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian prinsip pengembangan kurikulum?
2.
Apa
saja sumber-sumber pengembangan kurikulum?
3.
Apa
saja macam-macam prinsip pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini terkait erat dengan rumusan masalah
yang diajukan yaitu untuk menggali pengertian dan pemahaman tentang
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dengan demikian, makalah bertujuan
untuk menjelaskan:
a.
Pengertian
prinsip pengembangan kurikulum.
b.
Sumber-sumber
pengembangan kurikulum.
c.
Macam-macam
prinsip pengembangan kurikulum.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.
Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, prinsip dapat diartikan sebagai: (1) asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dan sebagainya); (2) dasar. Secara gramatikal prinsip
bararti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian di atas tersirat
makna bahwa kata prinsip itu menunjukan pada suatu hal yang sangat penting,
mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta
sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang
serupa. Dari pengertian dan makna prinsip di atas, terlihat bahwa prinsip itu
memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu.
Dengan mengenali dan memperhatikan prinsip, maka akan bisa menjadikan sesuatu
itu kebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan tentang hakikat yang
dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses, dan bersifat memberikan
rambu-rambu aturan main yang jelas, yang harus diikuti untuk mencapai tujuan
yang benar.
Pengembangan
kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang.
Dari uraian di
atas, prinsip pengembangan kurikulum mengandung pengertian tentang berbagai hal
yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai hal yang terkait
dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum,
karena dalam tahap perencanaan, prinsip-prinsip tersebut sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Namun demikian, tahap implementasi dan tahap evaluasi
juga tetap menjadi tahap yang penting dalam pengembangan kurikulum. Esensi dari
pengembangan kurikulam adalah proses identifikasi, analisis, sintesis,
evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Agar
pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam
bekerjanya para pengembang harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
tersebut, para pengembang kurikulum akan dapat bekerja secara lebih terarah dan
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, adanya berbagai prinsip dalam
kurikulum dan pengembangannya merupakan suatu ciri bahwa kurikulum itu
merupakan suatu area atau suatu lapangan studi.
B.
Sumber-Sumber Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum tidak muncul begitu saja. Peter F. Oliva (1992)
mengemukakan empat sumber yang melahirkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum, antara lain:
1.
Data
empiris
Data empiris merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami
dan didokumentasikan serta telah terbukti secara efektif.
2.
Data
eksperimen
Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian dan percobaan.
Data hasil temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat kebenarannya meyakinkan untuk dijadikan
prinsip dalam pengembangan kurikulum.
3.
Cerita
atau legenda yang hidup di masyarakat
Data hasil penelitian sifatnya sangat terbatas, sehingga banyak data lain
yang diperoleh bukan dari hasil penelitian yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks, diantaranya adat istiadat
serta legenda yang hidup di masyarakat (folklore
of curriculum).
4.
Akal
sehat yang dijadikan pemahaman bersama (common
of sense)
Data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui
proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.
Dari sumber-sumber
pengembangan yang dikemukakan Oliva tersebut, dapat dikategorikan bahwa hanya
ada dua sumber yang menjadi prinsip pengembangan kurikulum yaitu sumber ilmiah
dan sumber non ilmiah. Sumber ilmiah didapat dari hal-hal maupun data dari
kegiatan yang bersifat ilmiah seperti halnya penelitian, data empiris tentang
kelemahan dan kekurangan kurikulum sebelumnya, informasi faktual dan
sebagainya. Sedangkan sumber non ilmiah didapat dari hal-hal yang bersifat non
ilmiah seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya yang telah menjadi
keyakinan umum oleh suatu masyarakat dan memiliki nilai-nilai tertentu di
dalamnya.
Nana Syaodih
Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (2004)
menyebutkan beberapa sumber pengembangan kurikulum diantaranya ialah:
1.
Kehidupan
dan pekerjaan orang dewasa, di mana isi kurikulum disesuaikan sebagai persiapan
anak untuk menjalani kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
2.
Budaya
masyarakat, termasuk di dalamnya semua disiplin ilmu yang ada sebagai pengetahuan
ilmiah, nilai-nilai, perilaku, benda material dan unsur kebudayaan lainnya.
3.
Anak,
sebagai pusat atau sumber kegiatan pembelajaran. Perhatian dalam menyusun
pengembangan kurikulum bukan sesuatu yang akan diberikan pada anak tapi
bagaimana potensi yang ada pada anak dapat dikembangkan secara optimal.
4.
Pengalaman
penyusunan kurikulum sebelumnya, baik sesuatu yang negatif maupun hasil
evaluasi positif atas pelaksanaan kurikulum sebelumnya.
5.
Tata
nilai di masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan di
sekolah atau dalam pelaksanaan kurikulum.
6.
Kekuasaan
sosial-politik tertentu termasuk lembaga, arah kebijakan dan produk-produk
politik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C.
Tipe-Tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum
Peter F. Oliva
(1992) berpendapat bahwa tipe-tipe prinsip kurikulum dapat dipandang sebagai
kebenaran utuh, kebenaran parsial, atau hipotesis. Meskipun semua berfungsi
sebagai prinsip operasi, namun tipe-tipe tersebut dibedakan dari segi
efektivitas atau tingkat risikonya. Hal ini penting untuk memahami
perbedaan-perbedaan tersebut sebelum memeriksa prinsip-prinsip utama dalam
pengembangan kurikulum.
1.
Kebenaran
Utuh (Whole Truths)
Kebenaran utuh adalah fakta-fakta yang jelas atau konsep
yang terbukti melalui eksperimen, dan biasanya diterima tanpa adanya tantangan.
Misalnya beberapa orang akan membantah bahwa siswa akan mampu menguasai suatu
keahlian hanya setelah mereka mengembangkan keterampilan sebagai prasyarat.
Dari prinsip ini muncul praktik pra penilaian untuk memasuki jenjang tertentu.
Kebenaran utuh atau menyeluruh adalah fakta, konsep, dan
prinsip yang diperoleh dan telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang
sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa mendapat tantangan atau kritik
karena sudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum.
2.
Kebenaran
Parsial (Partial Truth)
Kebenaran parsial didasarkan pada pembatasan data dan
hanya diaplikasikan pada sebagian kondisi, dan biasanya tidak diterima secara
universal. Contohnya, sebagian guru menegaskan bahwa siswa akan memperoleh
hasil yang lebih baik jika disatukan dalam kelompok pembelajaran yang sama.
Sedangkan beberapa siswa mungkin memperoleh hasil yang lebih baik jika
ditempatkan dalam beberapa kelompok sesuai kemampuannya.
Kebenaran parsial yaitu sutau fakta, konsep, dan prinsip
yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum bisa
digeneralisasikan, karena dianggap baik dan bermanfaat kasus tertentu.
3.
Hipotesis
Hipotesis yaitu asumsi karja atau prinsip yang sifatnya
tentatif atau masih dalam kesimpulan yang sementara dan muncul dari pemikiran
akal sehat. Hipotesis ini masih perlu dibuktikan dengan suatu penelitian.
D.
Macam-Macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sangat
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum dapat berfungsi sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan jika memperhatikan sejumlah prinsip
dalam proses pengembangannya. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa terdapat
lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Sedangkan Nana Syaodih Sukmadinata
(2009) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya
ke dalam dua kelompok, yaitu: prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata.
1.
Prinsip-Prinsip
Umum Pengembangan Kurikulum
Seperti halnya Wina Sanjaya, Nana Syaodih mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
a.
Prinsip
Relevansi
Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Kurikulum
merupakan rel-nya pendidikan yang membawa siswa menuju hidup yang sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa supaya mempunyai
afektif, kognitif, dan psikomotor yang sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan
harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Terdapat dua macam prinsip relevansi, yaitu:
(1)
Relevansi
internal
Relevansi internal merupakan prinsip pengembangan
kurikulum yang menyatakan bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian
diantara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus
dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,
strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat
ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu
kurikulum.
(2)
Relevansi
eksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara
tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan
kebutuhan dan tuntutan yang ada di masyarakat. Terdapat tiga macam relevansi
eksternal, yaitu: pertama, relevan
dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis). Proses
pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar siswa. Contohnya: untuk siswa yang ada di perkotaan perlu
diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti heterogenitas penduduk dan
rambu-rambu lalu lintas, pelayanan-pelayanan publik dan lain sebagainya.
Kedua, relevan dengan
perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Materi dari
kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang dan
sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga apa yang
diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang
akan datang. Contohnya: efek negatif dari global
warming yang menjadi isu internasional harus diajarkan di sekolah, sehingga
siswa dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang memicu terjadinya pemanasan
global. Pada kehidupan sekarang dan yang akan datang, penggunaan komputer dan
internet akan menjadi salah satu kebutuhan, maka siswa harus diajarkan tentang
bagaimana cara memanfaatkan komputer dan bagaimana cara mendapatkan informasi
dari internet.
Ketiga, relevan dengan
tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan potensi peserta didik (relevansi
psikologis). Materi kurikulum yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi
dunia kerja. Untuk memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses
pengembangannya sebelum ditentukan materi kurikulum yang bagaimana yang akan
digunakan, perlu dilakukan studi atau survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat,
atau melakukan studi tentang jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap
lembaga atau instansi.
b.
Prinsip
Fleksibilitas
Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan. Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak
sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Oleh karena itu, kurikulum harus
fleksibel. Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan
tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum
mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan
fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar bekang peserta didik. Kurikulum mempersiapkan anak didik
untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi
anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum harus
dilihat dari dua sisi, yaitu:
(1)
fleksibel
bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
(2)
fleksibel
bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program
pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
c.
Prinsip
Kontinuitas (Berkesinambungan)
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Prinsip kontinuitas
yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga
antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
Dalam penyusunan materi pelajaran, perlu dijaga agar apa
yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang
lebih tinggi, dasar ilmu pengetahuannya telah diberikan dan dikuasai oleh siswa
pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya. Selain itu, prinsip ini juga
berguna untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan materi pelajaran yang
mengakibatkan program pengajaran tidak efisien.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka
perlu adanya komunikasi dan kerja sama yang konstruktif antara para pengembang
kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, baik pada jenjang sekolah dasar,
jenjang SMP, jenjang SMA/SMK, dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di
tingkat perguruan tinggi.
d.
Prinsip
Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip praktis ini juga disebut
prinsip efisiensi. Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada
secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi
berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dan biaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang
terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau
menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal
biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan,
baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya
harus ideal tetapi juga praktis.
e.
Prinsip
Efektivitas
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu
selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Walaupun kurikulum
tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilan pencapaian tujuan tetap
harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan
dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan.
Prinsip efektivitas mengusahakan agar kegiatan
pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa adanya kegiatan yang mubazir, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai
dari pengembangan kurikulum harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada
pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi serta model kurikulum
apa yang akan digunakan serta akan mempermudah dalam implementasi kurikulum itu
sendiri. Contoh penerapan prinsip efektivitas ini sebagai berikut: apabila guru
menetapkan dalam satu semester harus menyelesaikan sepuluh program pembelajaran
sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya
dapat menyelesaikan enam program saja, berarti dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan program itu tidak efektif. Contoh lainnya: apabila ditetapkan dalam
satu semester siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata
hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa, proses
pembelajaran siswa tidak efektif.
2.
Prinsip-Prinsip
Khusus dalam Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum ini berkaitan dengan
penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian. Prinsip khusus ini
terdiri atas lima hal yaitu:
a.
Prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pusat kegiatan dan arah semua kegiatan
pendidikan. Perumusan kompenen-kompenen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
b.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan
pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: penjabaran tujuan pendidikan
kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana; serta isi
bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan;
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan
hendaknya memperhatikan metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan harus
sesuai.
d.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh
penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
e.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran, maka
harus memperhatikan suatu perencanaan penilaian yang baik dan penyusunan alat
penilaian/test-nya.
Sistem pendidikan
yang baik, yang didalamnya termasuk kurikulum seharusnya memberikan respon
terhadap perubahan kondisi yang terjadi masyarakat. Adanya perubahan atau
pengembangan kurikulum merupakan hal yang normal, bahkan perubahan atau
pengembangan kurikulum itu diperlukan sebagai konsekuensi dari adanya perubahan
lingkungan.
Tugas dan tanggung
jawab dari para pengembang kurikulum akan dipermudah jika mengikuti
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Peter F. Oliva mengajukan sepuluh
aksioma dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1.
Perubahan
kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, bahkan diperlukan dan
diinginkan. Sekolah tumbuh dan berkembang dalam proporsi kemampuan mereka untuk
merespons perubahan dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Masyarakat dan
lembaga yang terus mengalami perubahan harus meresponnya.
2.
Kurikulum
merupakan produk dari waktu. Kurikulum merespon dan diubah oleh faktor-faktor seperti
kekuatan sosial, filosofis, prinsip-prinsip psikologis, akumulasi pengetahuan,
dan kepemimpinan pendidikan yang berlangsung.
3.
Perubahan
kurikulum yang dibuat pada periode sebelumnya dapat eksis bersamaan dengan
perubahan kurikulum baru. Revisi kurikulum jarang dimulai dan berakhir tiba-tiba.
Perubahan dapat hidup berdampingan dan saling melengkapi untuk jangka waktu
yang lama. Biasanya kurikulum yang disusun secara bertahap juga dihapus secara
bertahap.
4.
Perubahan
kurikulum tergantung pada orang untuk menerapkan perubahan.
Orang-orang yang akan menerapkan kurikulum harus terlibat
dalam pengembangannya. Ketika hal itu terjadi, maka perubahan kurikulum akan
efektif dan tahan lama.
5.
Pengembangan
kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
Perubahan yang signifikan dan fundamental dalam kurikulum
adalah akibat dari keputusan kelompok. Setiap perubahan yang signifikan dalam
kurikulum harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk memperoleh pemahaman,
dukungan, dan masukan.
6.
Pengembangan
kurikulum adalah proses pengambilan keputusan di mana pilihan yang terbuat dari
satu set alternatif. Pengembang kurikulum harus membuat keputusan termasuk apa
yang harus diajarkan, apa filsafat atau sudut pandang yang mendukung, apa
metode atau strategi yang digunakan untuk memberikan kurikulum, dan apa jenis
organisasi sekolah terbaik untuk mendukung kurikulum.
7.
Pengembangan
kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir (berkelanjutan).
Pemantauan terus menerus, pemeriksaan, evaluasi, dan
perbaikan sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum harus
memenuhi kebutuhan setiap orang. Kurikulum harus berubah untuk memenuhi
kebutuhan perubahan peserta didik, perubahan masyarakat, dan perkembangan
pengetahuan baru serta teknologi.
8.
Pengembangan
kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif, bukan aktivitas
bagian perbagian yang terpisah. Pengembangan kurikulum seharusnya melibatkan perencanaan
yang matang dan didukung oleh sumber daya yang memadai, waktu yang dibutuhkan,
dan personil yang memadai.
9.
Pengembangan
kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu proses yang
sistematis. Satu set prosedur atau model untuk kurikulum harus ditetapkan terlebih
dahulu, dan akan dikenal dan diterima oleh semua yang terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum. Model ini harus menguraikan urutan langkah-langkah yang
harus diikuti untuk pengembangan kurikulum.
10.
Pengembangan
kurikulum dilakukan barangkat dari kurikulum yang ada.
Perencanaan kurikulum dimulai dengan kurikulum yang ada.
Oliva menyarankan kepada perencana untuk "berpegang teguh pada apa yang
baik", yaitu kurikulum sebelumnya yang diyakini baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1.
Pengembangan
kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan,
penerapan dan evaluasi kurikulum.
2.
Prinsip
pengembangan kurikulum mengandung pengertian tentang berbagai hal yang harus
dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan
pengembangan kurikulum.
3.
Peter
F. Oliva mengemukakan bahwa paling tidak ada empat sumber yang menjadi acuan
sebuah pengembangan kurikulum yaitu data empiris, data hasil eksperimen, cerita
rakyat, serta pemahaman bersama dalam suatu masyarakat. Sedangkan Nana Syaodih
Sukmadinata menyebutkan sumber pengembangan kurikulum diantaranya: kehidupan
dan pekerjaan orang dewasa, budaya masyarakat, anak, pengalaman penyusunan
kurikulum sebelumnya, tata nilai di masyarakat, dan kekuasaan sosial-politik
tertentu.
4.
Tipe-tipe
prinsip kurikulum dapat dipandang sebagai kebenaran utuh, kebenaran parsial,
atau hipotesis.
5.
Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum dibagi menjadi prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip
khusus. Prinsip-prinsip umum terdiri atas prinsip relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Sedangkan prinsip-prinsip khusus adalah
prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan, pemilihan isi pendidikan,
pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan alat pengajaran, serta
pemilihan kegiatan penilaian.
B. Saran
Setelah
mempelajari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, penulis memberikan beberapa
rekomendasi bagi para pembaca yang budiman. Adapun rekomendasi kami adalah
sebagai berikut:
1.
Para
pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan
prinsip-prinsip dalam proses pengembangannya.
2.
Pendidik
harus mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum serta
melaksanakan pengajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum yang berlaku.
melaksanakan pengajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum yang berlaku.
3.
Siswa
harus bisa berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum, khususnya dalam
program pembelaran maupun pendidikan agar tujuan pendidikan yang diharapkan
bisa tercapai dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dra,
Subandijan. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta, PT.Raja Grafindo,
1996).
Soetopo,Hendiyat.
Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Bina Aksara, 1982).
Idi.Abdullah.
Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Meda, 2009).
Wina,
Sajaya. Kurikulum Dan Pembelajaran, Kencana, Jakarta, 2008
Hamalik,
Oemar. Manajemen Pengembangan kurikulum. (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2007).
Hamalik,
Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta, Bumi
Aksara, 2006).
Miller,
John P dan Seller, Wayne. Curriculum Perspectives and
Practice, (London, Longman, 1985).
Sukmadinata,
N.S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosda Karya,
1997).
Prof.
Drs. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Rineka Cipta,
2004).
Departemen
Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan
MP3A 2005, Panduan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Bina Mitra Pemberdaya
Madrasah, 2005).
Syaodih,
Nana, Kurikulum pembelajaran. (Bandung, Jurusan Kutekpen FIP UPI, 2000).
Joko
susilo, Muhammad, Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakrta, Pustaka
Pelajar, 2007)
Komentar