PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu pada konsep paradigma sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan promotif (mengadakan penyuluhan kesehatan) dan pencegahan penyakit (preventif) seperti imunisasi (Lisnawati, 2013).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada tubuh dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkkan kedalam tubuh melalui suntikan ataupun melalui oral (Hidayat, 2011).
Imunisasi yang diberikan pada bayi yang berumur 0-11 bulan meliputi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan campak. Idealnya bayi harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 Kali, Hepatitis 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bayi dapat dinilai dari status imunisasi campak yang dilakukan paling akhir setelah keempat imunisasi dasar bayi yang lain diberikan (Mulyani, 2013).
Terdapat beberapa manfaat dari imunisasi yaitu bagi anak dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. Bagi keluarga dapat menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman dan bagi Negara dapat memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverawati, 2010).
Dampak yang terjadi bila bayi tidak mendapat imunisasi dasar lengkap adalah penyakit TBC, penyakit infeksi yang menyerang saluran napas bagian atas (demam tinggi,dan pembengkakan pada amandel), batuk rejan, tetanus, polio (lumpuh) dan penyakit campak. Selain itu dampak yang terjadi adalah dapat menyebabkan kecacatan dan kematian bayi (Lisnawati, 2013).
Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, informasi, motivasi, pengetahuan dan adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang menganggap imunisasi dapat menyebabkan anak demam (Arifianto, 2014).
Menurut WHO cakupan imunisasi dasar pada bayi diberbagai Negara masih menjadi masalah, hal ini disebabkan karena sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya bila tidak diberi vaksin hepatitis B, tingginya penderita campak, TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus dan Polio.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi sebesar 90% angka ini telah memenuhi target Renstra pada tahun 2013 yang sebesar 88%. Dengan demikian terdapat 15 Provinsi (45,45%) yang telah memenuhi target Renstra tahun 2013. Terdapat beberapa provinsi dengan cakupan imunisasi dasar lengkap terendah yaitu papua sebesar 66,57%, papua barat sebesar 67,66% dan Aceh merupakan provinsi dengan cakupan imunisasi dasar lengkap terendah yang ke sepuluh sebesar 82,96%. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan RISKESDAS belum tercapainya target imunisasi disebabkan karena rendahnya pendidikan orang tua, dimana cakupan pada kelompok lulusan perguruan tinggi sebesar 72,5% sedangkan cakupan terendah pada kelompok tidak tamat sekolah dasar sebesar 49% (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh tahun 2014 jumlah bayi sebanyak 8.137 jiwa, jumlah bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 6.265 orang (76,99%) yang terdiri dari DPT1+Hb1 sebanyak 7.030 orang (86,4%), DPT3 + HB3 sebanyak 6.686 orang (82,2%), Campak sebanyak 6.781 orang (83,34), BCG sebanyak 7.079 orang (87%) dan polio 4 sebanyak 6.871 orang (84,44%) dan jumlah bayi yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 1.872 orang (23%). Cakupan imunisasi dasar lengkap terendah terdapat dibeberapa Puskesmas yaitu Meuraxa sebesar (37,70%), Puskesmas Baiturrahman sebesar (47,44%) dan Puskesmas Ulee kareng sebesar (50,75%). Berdasarkan data tersebut penulis mengambil penelitian di Puskesmas Meuraxa (Bidang Kesmas, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Meuraxa jumlah bayi periode Juli 2014 sampai Juni 2015 sebanyak 369 jiwa, jumlah bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 248 orang (67,2%) dan jumlah bayi yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 121 orang (32,7%) (Puskesmas Meuraxa, 2015).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang ibu memiliki bayi berusia 12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Meuraxa, terdapat 4 orang bayi yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap, sedangkan 7 orang bayi tidak mendapat imunisasi dasar lengkap.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, informasi, motivasi, pengetahuan dan adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang menganggap imunisasi dapat menyebabkan anak demam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang jadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
b. Untuk mengetahui hubungan motivasi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
d. Untuk mengetahui hubungan informasi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi pendidikan
Dapat dijadikan bahan masukan dalam pengembangan Ilmu Kebidanan serta referensi kepustakaan yang telah ada.
2. Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan masukan kepada pihak pengelola Puskesmas Meuraxa Banda Aceh untuk mengetahui permasalahan tentang cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi.
3. Bagi penelitian Selanjutnya
Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dengan variabel dan teknik yang berbeda.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015.
2. Ruang lingkup responden
Responden yang di teliti dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan.
3. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 sampai 27 September tahun 2015.
4. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh.
F. Keaslian Penelitian
1. Rahmawati (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di Kelurahan Krembangan Utara. Hasil penelitian menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,003), ada pengaruh pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,001), ada pengaruh sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,021).
2. Rina, S (2011), Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Hasil penelitian menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,013), ada pengaruh motivasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,004), ada pengaruh informasi ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai P value (0,041).
Adapun perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah terletak pada tehnik pengambilan sampel adalah Statified Random Sampling, tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa dan tahun penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Imunisasi Dasar Lengkap
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit berbahaya. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalab atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lainnya diperlukan imunisasi lainnya (Lisnawati, 2013).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkkan kedalam tubuh melalui suntikan misalnya BCG, DPT dan campak dan melalui mulut misalnya Polio (Hidayat, 2011).
Imunisasi pada bayi adalah imunisasi yang diberikan pada bayi yang berumur 0-11 bulan meliputi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan campak. Idealnya bayi harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 Kali, Hepatitis 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bayi dapat dinilai dari status imunisasi campak yang dilakukan paling akhir setelah keempat imunisasi dasar bayi yang lain diberikan (Mulyani, 2013).
Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, informasi, pengetahuan, motivasi dan adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang menganggap imunisasi dapat menyebabkan anak demam (Arifianto, 2014).
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi sehingga bisa mencegah penyakit dan kematian, Menurut Mulyani (2013) secara umum tujuan imunisasi adalah sebagai berikut:
a. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita.
b. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular.
c. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.
3. Manfaat Imunisasi
Terdapat beberapa manfaat dari imunisasi menurut Proverawati (2010) adalah sebagai berikut:
a. Bagi anak, dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Bagi keluarga, dapat menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Bagi Negara, memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Macam-Macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi menurut Hidayat (2011) dibagi menjadi dua yaitu:
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan hormonal serta dihasilkan cell memory, jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam inunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinya yaitu:
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba untuk terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan).
2) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
3) Antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4) Adjuvans yang terdiri atau garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (Imunoglobin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui proses infeksi yang berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
5. Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
Terdapat beberapa jenis imunisasi dasar bagi bayi menurut Hidayat (2011) adalah sebagai:
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC miller pada seluruh paru-paru, TBC tulang. Vaksin BCG meruapakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan yang diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan dan reaksi panas.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun, iminisasi ini diberikan melalui intramuskuler, angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita.
c. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuesni pemberian polio adalah 4 kali dan pemberiannya melalui oral.
d. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (dipteria, pertusis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit dipteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT merupakan vaksin yang mengandung racun kuman dipteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti toksoid. Frekuensi pemberian imunisasi DPT sebanyak 3 kali. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pertama) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup, imunisasi ini diberikan melalui intramuskular, efek sampingnya dapat terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam.
e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak diberikan hanya 1 kali diberikan melalui subkutan, efek samping yang terjadi adalah ruam dan panas temapat penyuntikan.
6. Jadwal Pemberian Imunisasi
Jadwal imunisasi dari Kemenkes disusun berdasarkan pertauran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi. Jadwal imunisasi rekomendasi Kemenkes RI yaitu sebagai berikut:
No
|
Vaksin
|
Usia bayi
|
1
|
HB 0
|
0-7
|
2
|
BCG
|
1
|
3
|
Polio 1
|
2
|
4
|
DPT/HB 1
|
3
|
5
|
Polio 2
|
4
|
6
|
DPT/HB 2
|
5
|
7
|
Polio 3
|
6
|
8
|
DPT/HB 3
|
7
|
9
|
Polio 4
|
8
|
10
|
Campak
|
9
|
Jadwal imunisasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014 adalah sebagai berikut:
No
|
Vaksin
|
Usia bayi
|
1
|
Hepatitis B
|
Lahir
1 bulan
6 bulan
|
2
|
Polio
|
Lahir
2 bulan
4 bulan
6 bulan
|
3
|
BCG
|
0-3 bulan
|
4
|
DTP
|
2 bulan
4 bulan
6 bulan
|
6
|
Hib
|
2 bulan
4 bulan
6 bulan
|
7
|
PCV
|
2 bulan
4 bulan
6 bulan
|
8
|
Rotavirus
|
2 bulan
4 bulan
6 bulan
|
9
|
Influenza
|
6 bulan
|
10
|
Campak
|
9 bulan
|
7. Kontraindikasi
Menurut Mulyani (2013) terdapat 3 macam kontraindikasi pemberian imunisasi yaitu:
a. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, tetapi vaksin lainnya sebaiknya diberikan.
b. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontraindikasi yang mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya, riwayat kejang demam dan panas > 380 C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, HB 1 dan campak.
c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
8. Dampak
Dampak atau penyakit yang terjadi bila bayi tidak mendapat imunisasi dasar lengkap menurut Lisnawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Hepatitis B
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) menyerang organ hati, sebagian besar tidak mengalami gejala hingga bertahun-tahun. bentuk dari penyakit ini adalah sakit kuning, sirosis hati atau kanker hati.
b. TBC
Penularan penyakit ini melalui percikan udara yang mengandung kuman TBC, kuman ini dapat menyerang organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput otak.
c. Difteri
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas.
d. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiru-biruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah, batuk diakhiri dengan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.
e. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (Dikenal dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu dan punggung.
f. Polio
Gejala umum yang terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
g. Campak
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuag virus yang bernama virus campak, penularan penyakit ini melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita dengan gejala demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.
9. Tempat Pelayanan Mendapatkan Imunisasi
Menurut Proverawati (2010) untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi dan mengoptimalkan keberhasilan program imunisasi, telah disediakan temapt-tempat khusus yang bisa digunakan untuk pemberian imunisasi seperti:
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Rumah Sakit Bersalin.
d. Rumah sakit pemerintah.
e. Praktek Dokter atau Bidan.
f. Rumah sakit Swasta.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi
Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, informasi, pengetahuan, motivasi dan adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang menganggap imunisasi dapat menyebabkan anak demam (Arifianto, 2014)
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan seseorang tentang manfaat imunisasi pada anaknya, sehingga tidak membawa anaknya untuk imunisasi ke Posyandu ataupun petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
b. Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif menurut Mubarak (2011) mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar dapat tahu terhadap objek tersebut.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-kompenen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan ibu untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2011) yaitu sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
4) Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan makan secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Pengukuran pengetahuan dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
1) Tinggi, jika x ≥
2) Rendah, jika x <
2. Konsep Motivasi
a. Pengertian
Motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010).
Menurut Goleman (2001) motivasi adalah salah satu fasilitas atau kecenderungan individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan aktifitasnya (Ahmadi, 2009).
b. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2010).
c. Jenis motivasi
Menurut Elida (1989) ada dua tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik dan ekstrintik:
1) Motivasi intrinsik
Thoorburgh berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal individu yang digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlibat dalam kegiatan.
2) Motivasi Ekstrintik
Motivasi ekstrinsik dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar. Ekstrintik adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri ataupun melalui saran, anjuran atau saran dari orang lain.
3. Konsep Pendidikan
a. Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003).
Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Jadi pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, 2012).
b. Klasifikasi pendidikan
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Penggolongan pendidikan menurut Sisdiknas No 20 tahun 2003:
1) Tinggi, jika DIII/Pendidikan tinggi (D IV, S1, S2, S3).
2) Menengah, jika SMA/sederajat.
3) Dasar, jika SD/SMP/sederajat.
4. Konsep Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang. Jenis informasi sangat banyak dan jumlahnya terus bertambah karena setiap saat lahir informasi baru (Yusuf, 2009).
Menurut Kholid (2012) beberapa sumber informasi adalah sebagai berikut:
1) Media cetak
Media cetak berupa booklet (dalam bentuk buku), leaflet (dalam bentuk kalimat atau gambar), flyer (selebaran), flif chart (Lembar balik), rubrik (surat kabar atau majalah kesehatan), poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
2) Media elektronik (Audio Visual) berupa televisi, radio, film dan iklan.
3) Internet dan petugas kesehatan.
C. Konsep Bayi
1. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37–42 minggu) dengan berat badan lahir 2500–4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2011).
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setela lahir dari rahim seorang ibu, pada masa inni perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang lahir premature (Hidayat, 2011).
2. Tahapan bayi
Menurut Muslihatun (2011), bayi adalah anak usia 0 bulan hingga 1 tahun dengan pembagian sebagai berikut:
a. Masa neonatal yaitu usia 0-28 hari.
b. Masa neonatal dini yaitu usia 0-7 hari.
c. Masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari.
d. Masa pasca neonatal yaitu 29 hari- 1 tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini sesuai dengan teori menurut Arifianto (2014) yang menyatakan bahwa rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, informasi, pengetahuan, motivasi dan adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang menganggap imunisasi dapat menyebabkan anak demam. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Hipotesa Penelitian
1. Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2. Ha : Ada hubungan motivasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
3. Ha : Ada hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4. Ha : Ada hubungan informasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen, dimana variabel dependennya adalah kelengkapan imunisasi dasar pada bayi sedangkan variabel independennya adalah pengetahuan, motivasi, pendidikan dan informasi.
E. Hubungan Antar Variabel
Penelitian ini bersifat bivariat, penulis mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
F. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Cara ukur
|
Alat ukur
|
Hasil ukur
|
Skala ukur
|
Dependen
| ||||||
1
|
Kelengkapan imunisasi dasar
|
Kelengkapan imunisasi dasar yang didapatkan Bayi usia 12 bulan
|
Melihat KMS bayi
|
KMS
|
- Lengkap, jika bayi sudah mendapat semua imunisasi dasar lengkap
- Tidak lengkap, jika bayi tidak mendapat salah satu dari imunisasi dasar
|
Ordinal
|
Independen
| ||||||
2
|
Pengetahuan
|
Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang imunisasi dasar lengkap
|
Menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan
|
Kuesioner
|
- Tinggi, jika
x ≥ 10,6
- Rendah, jika
x < 10,6
|
Ordinal
|
3
|
Motivasi
|
Dorongan ibu untuk melakukan imunisasi
|
Menggunakan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan
|
Kuesioner
|
- Baik, jika x ≥ 75%
- Kurang, jika
x < 75%
|
Ordinal
|
4
|
Pendidikan
|
Jenjang sekolah formal yang pernah diikuti oleh ibu dan mendapatkan ijazah
|
Menyebarkan kuesioner yang berisi 1 pertanyaan
|
Kuesioer
|
- Tinggi, jika DIII/Pendidikan tinggi (D IV, S1, S2, S3)
- Menengah, jika SMA/ sederajat
- Dasar,jika SD/SMP/sederajat
|
Ordinal
|
5
|
Informasi
|
Pesan yang diterima oleh ibu baik melalui petugas kesehatan, media cetak maupun elektronik dan internet
|
Menyebarkan kuesioner yang berisi 1 pertanyaan
|
Kuesioner
|
- Pernah
- Tidak pernah
|
Ordinal
|
G. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan yang berada di Wilayah Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015 dengan jumlah 97 orang.
2. Sampel
Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Banda Aceh tahun 2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu semua populasi yang berjumlah 97 orang yang dilakukan pada tanggal 18 sampai 27 September 2015.
H. Alat Dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat pengumpulan Data
Alat yang digunakan oleh peneliti adalah KMS (Kartu Menuju Sehat) dan kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan sebanyak 20 pertanyaan, untuk motivasi berisi 10 pertanyaan, pendidikan 1 pertanyaan dan informasi 1 pertanyaan.
2. Pengumpulan Data
a. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden dengan membagikan kuesioner pada saat responden mengisi kuesioner peneliti mendampingi responden.
b. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari WHO, Kemenkes, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dan Puskesmas Meuraxa Banda Aceh Tahun 2015.
I. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dari semua kuesioner yang telah memenuhi syarat maka dilakukan pengolahan data, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing (Pemeriksaan data)
Yaitu peneliti melakukan pengecekan terhadap kuesioner, setelah kuesioner dikembalikan oleh responden maka setiap kuesioner di periksa, setelah diperiksa ternyata responden sudah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan sudah dijawab oleh responden.
b. Coding
Yaitu peneliti melakukan pengkodean dengan cara melihat nomor responden yang ada di lembar kuesioner mulai dari nomor responden 1 s/d 97, kemudian untuk pertanyaan pengetahuan bila jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol), untuk motivasi bila jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol), pendidikan jika SD/SMP/Sederajat dikategorikan Dasar, SMA/Sederajat dikategorikan Menengah, DIII/SI/S2/S3 dikategorikan Tinggi dan untuk informasi dikategorikan pernah dan tidak pernah.
c. Transferring
Transferring yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam master tabel.
d. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel. Untuk menemukan rata-rata atau mean (x) dan untuk masing-masing variabel penelitian sehingga dapat ditemukan katagori berdasarkan metode distribusi normal dengan yaitu :
Keterangan :
: nilai rata-rata sampel
∑x : total nilai
N : jumlah responden menjadi sampel
Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria sampel dilakukan perhitungan presentase :
Keterangan :
P = persentase
f = jumlah frekuensi
n = jumlah responden
Kemudian penulis akan menghitung distribusi frekuensi dan mencari persentase pada setiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk mengetahui data dalam bentuk tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident level (CL) = 95% diolah dengan komputer menggunakan program SPSS versi 16. Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam table contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk membandingkan antara nilai P value dengan nilai alpha (0,05), dengan ketentuan :
1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent.
2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction.
3) Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Person Chis-Square.
4) Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 (Ariani, 2014)
No. | FILE MICROSOFT WORD |
---|---|
1. | |
2. | |
3. | |
4. | |
5. | |
6. | |
7. | |
8. | |
9. | |
10. | MASTER TABEL |
Komentar