FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU 
TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT



Silvia Ivana, Yusrizal


INTISARI


            Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya memberikan pengalaman belajar dan menciptakan suatu kondisi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan cara-cara hidup bersih dan sehat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai 38,7% dari 258.366 sampel rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bitai Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh Tahun 2015.
Metodelogi penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 16 Agustus 2015, dengan jumlah sampel sebanyak 67 ibu rumah tangga, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik Proposional Stratified Random Sampling. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian dari 67 responden yang diteliti, diperoleh mayoritas responden yang berumur dewasa dan berpengetahuan tinggi yaitu 38 responden (56,7%), responden yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan tinggi yaitu 41 responden (61,2%). Responden yang memiliki pekerjaan dan berpengetahuan tinggi yaitu 36 responden (53,7%), responden memdapatkan informasi dan berpengetahuan tinggi yaitu 41 responden (61,2%), responden yang berada dalam sosial budaya baik dan berpengetahuan tinggi yaitu 44 responden (65,7%), responden yang memiliki sosial ekonomi tinggi dan berpengetahuan tinggi yaitu 43 responden (64,2%)
Saran, diharapkan kepada seluruh warga Bitai, khususnya ibu-ibu yang telah memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS agar dapat menerapkan/mengaplikasikan PHBS tersebut dan memberikan informasi yang didapat kepada orang lain.


Kata Kunci                  : Pengetahuan tentang PHBS
Kepustakaan              : 15 buku, 3 jurnal, 4 situs internet (2004-2014)
Jumlah Halaman            : xi, 77 halaman, 14 tabel, 1 gambar 



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya memberikan pengalaman belajar dan menciptakan suatu kondisi bagi perorangan/individu keluarga, kelompok serta masyarakat, dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat mampu mengenali dan mengetahui masalah kesehatannya sendiri terutama pada tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup bersih dan sehat (Depkes RI, 2007).
Manajemen peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diupayakan mulai dari tatanan terkecil yakni rumah tangga dengan sasaran individu dan keluarga kemudian akan berkembang kearah desa/kelurahan, kecamatan/puskesmas dan Kabupaten/kota sehat hingga pada akhirnya secara nasional akan terwujud seluruh masyarakat Indonesia yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga, terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI Eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari serta tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2007).
Penerapan 10 indikator PHBS di tingkat rumah tangga sangat tergantung dengan kesadaran dan peran serta aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab upaya untuk mewujudkan lingkungan yang sehat akan menunjang pola perilaku kehidupan rakyat yang sehat secara berkelanjutan (Depkes RI, 2007).
Upaya peningkatan kesehatan di masyarakat melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum terlaksana secara optimal. Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Republik Indonesia menargetkan untuk penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) hingga ketaatan rumah tangga. Namun masih banyak menemukan kendala, karena untuk saat ini penerapan PHBS baru pada tatanan kelurahan dan masih berproses menuju pada tingakat RW. Padahal dalam sehari-hari manusia bisa menempati beberapa lokasi, sehingga di perlukan PHBS di sekolah, dirumah dan lingkungan, seluruhnya membutuhkan tahapan dalam penerapannya (Depkes RI, 2002).
Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai 38,7% dari 258.366 sampel rumah tangga. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tahun 2014 (Depkes RI, 2010).
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan juga masih belum berjalan sebagaimana mestinya (Depkes RI, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, analisis PHBS meliputi 294.959 RT (220.895 RT tanpa balita dan 74.064 RT memiliki balita). Proporsi nasional RT dengan PHBS baik adalah 32,3 persen, dengan proporsi tertinggi DKI Jakarta (56,8%) dan proporsi terendah Papua (16,4%). Terdapat 20 provinsi yang masih memiliki RT dengan PHBS baik dibawah proporsi nasional. Proporsi nasional RT PHBS baik pada tahun 2007 adalah sebesar 38,7 persen
Dalam analisis Riskesdas (2013), penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (dokter spesialis, dokter umum dan bidan) mencapai 87,1 persen. Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 persen (2007), 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen. Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen..
Merujuk kepada hasil riskesdas, penyakit maupun gangguan kesehatan yang muncul dan menjadi masalah kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku. Misalnya kasus diare yang tinggi berhubungan dengan perilaku BAB di sembarang tempat, perilaku cuci tangan tidak pakai sabun serta ketidaktersediaan jamban keluarga. Masih tingginya AKI maupun AKB salah satunya adalah karena perilaku persalinan tidak dilakukan di tenaga kesehatan. Tingginya obesitas maupun penyakit tidak menular salah satunya karena kurangnya aktivitas fisik maupun perilaku konsumsi makanan yang tidak gizi seimbang. Hal tersebut merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam semua tatanan khususnya tatanan rumah tangga. Apabila kesepuluh PHBS dapat dijalankan di tingkat rumah tangga, maka akan tercapai rumah tangga sehat dan pada akhirnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal akan tercapai (Novianti, 2014).
Agar pelaksanaan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik maka harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dan juga disediakan sarana pendukung lainnya seperti alat peraga, karena dengan mencontohkan lansung kepada masyarakat akan lebih memudahkan masyarakat untuk memahami apa yang disampaikan tentang PHBS rumah tangga (Marlina, 2011).
Pada saat promosi kesehatan digencarkan melalui pemberdayaan masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan (masyarakat) dengan pengetahuan/informasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi  tetap diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri (Amrullah, 2011).
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat, keyakinan/kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan (Amrullah, 2011).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa banyak informasi yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh kecepatan seseorang dalam menerima informasi yang diperoleh, sehingga semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baiklah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Banyak hal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, informasi, sosial budaya dan ekonomi (Mubarak, 2009).
Data yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas Jaya baru didapatkan bahwa terdapat 39% rumah tangga yang tidak memenuhi indikator PHBS, sedangkan 61% lainnya sudah memenuhi indikator rumah tangga PHBS.
Hasil study pendahuluan awal yang dilakukan di desa Bitai pada 10 rumah tangga didapatkan 7 (70%) keluarga masih memiliki perilaku merokok didalam rumah, 5 (50%) anggota keluarga masih jarang mengkonsumsi buah dan sayur, dan kesepuluh keluarga tersebut tidak ada yang melakukan cuci tangan dengan benar dan tepat. Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut 8 dari 10 ibu tersebut mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Biasanya bidan atau kader ketika posyandu hanya membicarakan sekitar masalah kehamilan, persalinan, nifas dan masalah bayi dan balita.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut “faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bitai Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh tahun 2015”.


B.   Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi tersebut masalah dalam penelitian ini “faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bitai Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh tahun 2015?”.

C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bitai Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh Tahun 2015.
2.    Tujuan khusus
a.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari umur
b.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari pendidikan
c.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari pekerjaan
d.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari informasi
e.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari sosial budaya
f.     Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat ditinjau dari sosial ekonomi

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini:
1.    Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta melatih peneliti mengembangkan kemampuan berpikir secara objektif.
2.    Bagi institusi  pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan penelitian lebih lanjut serta dapat memberikan informasi yang akurat kepada mahasiswa dan pihak terkait lainnya.
3.    Bagi tempat penelitian
Dapat menambah pengetahuan bagi ibu RT tentang PHBS dan hasilnya dapat memotivasi masyarakat Bitai untuk perubahan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang lebih baik.

E.   Ruang Lingkup
1.    Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian ini adalah Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


2.    Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah warga desa Bitai kecamatan Jaya Baru kota Banda Aceh
3.    Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Bitai Kota Banda Aceh
4.    Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini adalah dari penyusunan proposal sampai dengan hasil penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 4 s/d 16 Agustus tahun 2015.

F.    Keaslian Penelitian
Penelitian serupa mengenai pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sudah pernah diteliti sebelumnya oleh :
1.    Tatang Roni S,dkk. 2013. Judul penelitian “Hubungan Pendidikan dan Penghasilan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Begitu pula, penghasilan berhubungan secara signifikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil analisis menyimpulkan bahwa pendidikan dan  penghasilan berpengaruh positip terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dengan koefisien beta masing-masing sebesar 0,528 dan 0,337.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada bagian variabel, desain penelitian, dan lokasi penelitian

2.    Novianti, Siti dan Maywati, Sri. 2014. dengan judul penelitian “Survey Rumah Tangga Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian yang diperoleh adalah  Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga adalah sebanyak 82,12 %. Perilaku terbanyak adalah penggunaan air bersih dan melakukan aktifitas fisik (99,1%). Indikator PHBS yang masih kurang diantaranya adalah penggunaan jamban sehat dan tidak merokok di dalam rumah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada bagian variabel, desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan lokasi penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1.    Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
                        Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007)
            Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Maryunani,  2013).
  
2.    Pengertian PHBS di Rumah Tangga
       PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Maryunani, 2013).
       PHBS di tatanan institusi rumah tangga yang tertuang dalam peraturan menkes RI nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 adalah di rumah tangga sasaran primer harus mempraktikkan yang dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang mencakup persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat (stop buang besar sembarangan/stop BABS), pengelolaan limbah cair di rumah tangga, membuang sampah ditempat sampah, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.

3.    Tujuan PHBS di Rumah Tangga
Tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut (Depkes, 2010) :
a.    Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media masa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
b.    Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan  PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

4.    Sasaran PHBS di Rumah Tangga
Menurut Depkes RI (2010) sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga, yaitu:
a.  Pasangan usia subur
b.  Ibu hamil dan atau ibu menyusui
c.   Anak dan remaja
d.  Usia lanjut
e.  Pengasuh anak

5.    Manfaat PHBS bagi Rumah Tangga
a.    Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
b.    Anak tumbuh sehat dan cerdas
c.    Produktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya yang tadinya di alokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga (Maryunani, 2013).
6.    Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga
Berdasarkan hasil rapat koordinasi Promkes Nasional tahun 2007,  ada 10 indikator PHBS di Rumah Tangga yaitu (Maryunani, 2013) :
a.    Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan
1)    Pengertian
Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga para medis lainnya).
2)    Alasan mengapa setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan, karena:
a)    Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
b)    Apabila terdapat kelainan dapat di ketahui dan segera di tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
c)    Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
3)    Data-data terkait pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan :
a)    Target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009 adalah 58%.
b)    Angka capaian pada tahun 2007 adalah 61,7%.
c)    Angka kematian ibu sekitar 250 dari 100.000 kelahiran hidup.
d)    Penyebab utama kematian ibu adalah anemia, 3 Terlambat, dan pertolongan persalinan bukan oleh tenaga kesehatan.
4)    Tanda-tanda Persalinan.
Berikut ini adalah tanda-tanda persalinan yang perlu di waspadai pada setiap ibu yang hamil atau akan melahirkan:
a)    Ibu mengalami mules-mules yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat.
b)    Rahim terasa kencang bila di raba, terutama pada saat mules.
c)    Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
d)    Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir.
e)    Seperti mau buang air besar.
5)    Tindakan yang harus dilakukan apabila ada salah satu tanda persalinan adalah :
a)    Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)
b)    Tetap tenang dan tidak bigung.
c)    Ketika merasa mules bernafas panjang, mengambil nafas melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
6)    Tanda-tanda bahaya persalinan
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda bahaya persalinan yang perlu di perhatikan pada saat persalinan, antara lain :
a)    Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak teraba mules.
b)    Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.
c)    Tali pusat atau tangan / kaki bayi terlihat pada jalan lahir.
d)    Tidak kuat mengejan
e)    Mengalami kejang-kejang
f)     Air ketuban keluar air jalan lahir sebelum terasa mules.
g)    Air ketuban keruh dan berbau.
h)   Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.
i)     Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
j)      Keluar darah banyak setelah bayi lahir.
k)    Bila ada tanda bahaya, ibu harus segara di bawa kebidanan/ dokter.

b.    Memberi Bayi Asi Eksklusif
1)    Pengertian Bayi di beri Asi Eksklusif’
Bayi di beri asi eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi asi saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.
2)    Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3)    Keunggulan ASI
Berikut ini adalah beberapa keunggulan Asi yang perlu di ketahui oleh setiap ibu dan keluarga.
a)    Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan.
b)    Mengandung zar kekebalan.
c)    Malindungi bayi dari alergi.
d)    Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung di susukan kepada bayi dalam keadaaan segar.
e)    Tidak akan pernah basi, mempunyai suhe yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
f)     Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi.
4)    Waktu dan cara pemberian ASI
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kapan waktu memberikan ASI dan bagaimana cara memberikan ASI, yakni:
a)    Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayi nya dan mendapat dukungan dari keluarga.
b)    Bayi segera di teteki / di susui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah  melahirkan untuk memasang agar ASI cpeat keluar dan menghentikan perdarahan.    
c)    Teteki / susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu di batasi, dan berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian.
d)    Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI di berikan pula makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi.
e)    Pemberian ASI tetap di  lanjutkan hingga berusia 2 tahun.
5)    Cara Menyusui Yang Benar
a)    Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangannya dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih.
b)    Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah di rendam terlebih dahulu dengan air hangat.
c)    Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang).
d)    Pegang bayi pada belakang bahunya. Tidak pada dasar kepala.
e)    Upayakan bdan bayi menghadap pada badan ibu, rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian baawah payudara ibu.
f)     Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
g)    Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
h)   Bayi di susui dengan cara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
i)     Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi di bersihkan dengan kapas yang telah di rendam air hangat.
j)      Sebelum di tidurkan, bayi harus di sendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan di usap belakangnya sampai bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya.
6)    Manfaat memberikan ASI
a)    Manfaat ASI bagi ibu : Dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya, mengurangi resiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada saat bayi membutuhkan.
b)    Manfaat ASI bagi bayi : bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng, bayi tidak sering sakit.
c)    Manfaat ASI bagi keluarga, praktis dan tidak perlu mengeluarkan bayi untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.
7)    Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI
Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut ini :
a)    Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan. Sayuran dan buah-buahan, makan lebih banyak dari biasanya.
b)    Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.
c)    Cakupan istirahat dengan tidur siang / berbaring selama 1-2 jam dan menjaga ketenangan pikiran.
d)    Susui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian hingga bayi tenang dan puas.
8)    Hal-hal yang perlu di perhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI Eksklusif :
Agar pemberian Asi eksklusif berhasil, maka dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat di perlukan agar upaya pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan.
9)    Ibu bekerja bisa memberikan ASI eksklusif
Ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif pada bayi caranya :
a)    Berikan ASI sebelum berangkat kerja.
b)    Selama bekerja, bayi tetap bisa di beri ASI dengan cara memerah ASI sebelum berangkat kerja dan di tampung di gelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan kepada bayi di rumah.
c)    Setelah pulang bekerja, bayi di susui kembali seperti biasa.
10) Cara Menyimpan ASI di Rumah
Cara yang dapat dilakukan dalam menyimpan ASI di rumah, antara lain :
a)    ASI yang di simpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam.
b)    ASI yang di simpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam.
c)    ASI yang di simpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam.
d)    ASI yang di simpan di freezer akan tahan selama 2 minggu.
11) Cara memberikan ASI yang di simpan
a)    Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih.
b)    Apabila ASI di letakkan di ruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa simpan berakhir (8 jam).
c)    Apabila ASI di simpan dalam termos atau lemari es, ASI yang di simpan dalam gelas bersih tertutup di hangatkan dengan cara di rendam dalam mangkok berisi air hanagt, kemudian di tunggu sampai ASI terasa hanagt (tidak dingin).
d)    ASI di berikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena botol dan dot lebih sulit di bersihkan dan menghindari terjadinya bigung puting susu pada bayi.

c.    Menimbang Bayi dan Balita
1)    Pengertian menimbang Bayi dan Balita
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi / balita setiap bulan dan mencatat berat badan bayi / balita dalam menuju sehat (KMS). Penimbangan bayi dan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun di posyandu.
2)    Data-data terkait menimbangan bayi dan balita
Target capaian menimbang bayi dan balita pada tahun 2009 adalah 58%. Angka capaian menimbangan bayi dan balita pada tahun 2009 adalah lebih dari 4 kali adalah 45.4%, 1-3 kali adalah 29.1%dan tidak pernah di timbang adalah 25.5%. Masalah-masalah yang di temukan dalam menimbang bayi dan balita, antara lain jarak ke posyandu jauh (2-5 bulan / X) dan budaya / kebiasaan / kepercayaan.
3)    Cara menegtahui pertumbuhan dan perkembangan balita
a)    Untuk dapat mengetahui dan memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, maka perlu dilakukan pencatatan di buku KIA atau KMS.
b)    Caranya : setelah balita di timbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya).
c)    Bayi dan balita di katakan berat timbangannya baik, apabila:
(1)  Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS.
(2)  Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.
d)    Bayi dan balita di katakan berat timbangannya tidak naik, apabila :
(1)  Garis pertumbuhannya menurun.
(2)  Garis pertumbuhannya mendatar.
(3)  Garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda.
4)    Tanda-tanda Balita Kurang Gizi
a)    Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus
b)    Mudah sakit
c)    Tampak lesu dan lemah
d)    Mudah menangis dan rewel
5)    Tiga Macam Gizi Buruk pada Balita yaitu kwashiorkor, marasmus, marasmus – kwashiorkor. Tanda-tanda gizi buruk dari masing-masing gizi buruk adalah :
a)    Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor
(1)  Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
(2)  Wajah bulat dan sembab
(3)  Cengeng dan / rewel / apatis.
(4)  Perut buncit
(5)  Rambut kusam dan mudah di cabut
(6)  Bercak kulit yang luas dan kehitaman / bintik kemerahan.
b)    Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus :
(1)  Tampak sangat kurus
(2)  Wajah seperti orang tua
(3)  Cengeng / rewel / apatis
(4)  Iga gambang, perut cekung.
(5)  Otot pantat mengendor
(6)  Pengeriputan otot lengan dan tungkai.
6)    Manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu antara lain untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita dan untuk mengetahui balita yang sakit (demam / batuk / diare).
7)    Kapan balita perlu di rujuk ke puskemas
Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan di curigai Giz buruk sehingga dapat segera di rujuk ke puskesmas untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dan mendapatkan penyuluhan gizi.

d.    Menggunakan Air Bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakut atau terhindar dari sakit. Air bersih secara fisik dapat di bedakan melalui indra kita, antara lain (dapat di lihat, di rasa, di cium, dan di raba). Syarat air bersih adalah :
1)    Air tidak berwarna harus bening / jernih
2)    Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
3)    Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.
4)    Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau berlerang.
Manfaat menggunakan air bersih, antara lain dapat terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit, atau keracunan dan setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Sumber air bersih, antara lain  dapat berasal dari  mata air, air sumur atau air sumur pompa, air ledeng atau perusahaan air minum, air hujan, air dalam kemasan. Cara menjaga kebersihan sumber air bersih dapat dilakukan dengan cara :
1)    Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter.
2)    Sumber mata air harus di lindungi dari pencemaran.
3)    Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus di jaga bangunannya tidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus di plester dan sumur sebaiknya di beri penutup.
4)    Harus di jaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai /  lantai dinding sumur. Ember / gayung pengambilan air harus tetap bersih dan di letakan di lantai (ember / gayung di gantung di tiang sumur).
Alasan Air Bersih Harus Di masak Mendidih apabila Hendak di minum, antara lain : meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit, kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100oC ( saat mendidih).
e.    Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
1)    Beberapa alasan setiap anggota keluarga harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun, antara lain:
a)    Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
b)    Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
2)    Waktu harus mencuci tangan yaitu setiap kali tangan kita kotor (setelah, memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum memegang makanan, sebelum menyusui bayi
3)    Manfaat Mencuci Tangan
a)    Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b)    Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA), flu burung atau severe acute respiratory syndrome (SARS)
c)    Tangan menjadi bersih dan bebass dari kuman
4)    Cara mencuci tangan yang benar
a)    Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b)    Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan
c)    Setelah itu keringkan dengan lap bersih
5)    Angka perilaku Masyarakat untuk Cuci Tangan
Berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya pada tahun 2006 walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, di dapatkan hasil rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan pasca buang air besar, hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu bauang air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi, 6% sebelum menyiapkan makanan.
6)    Data-data lain terkait cuci tangan pakai sabun
a)    Batasan : anggota rumah tangga selalu mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b)    Target capaian anggota rumah tangga cuci tangan pakai sabun pada tahun 2009 adalah 58%.
c)    Capaian anggota rumah tangga cuci tangan pakai sabun pada tahun 2006 masih rendah, yaitu 12% CTPS sesudah BAB, 14% CTPS sebelum makan, 7% CTPS sebelum memberi makan bayi, 9% CTPS setelah bersihkan tinja bayi. (Depkes RI, 2008).
d)    Masalah : belum dibudayakan di keluarga atau rumah tangga.
e)    Manfaat : menurunkan angka kematian akibat diare, kholera, disentry dan penyakit infeksi pencernaan lainnya 43-45% (WHO) (Siregar,s, 2009).

f.     Menggunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis-jenis jamban yang di gunakan
a)    Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran / tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang untuk jamban cemplung di haruskan ada penutup agar tidak berbau.
b)    Jamban tangki septik / leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian / dekomposisi kotoran manusia yang di lengkapi dengan resapan.
1)    Memilih jenis jamban :
a)    Jamban cemplung di gunakan untuk daerah yang sulit air
b)    Jamban tangki septik / leher angsa di gunakan untuk :
(1)  Daerah yang cukup air
(2)  Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu satu lubang penampungan tinja /  tangki septik di gunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran / tinja dari 3-5 jamban).
(3)  Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran /  tinja hendaknya di tinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
2)    Siapa yang sebenarnya menggunakan jamban : setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar / buang air kecil.
3)    Alasan mengapa harus menggunakan jamban :
a)    Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
b)    Tidak mencemari sumber air yang di sekitarnya.
c)    Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
4)    Syarat-syarat jamban yang sehat
a)    Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter).
b)    Tidak berbau
c)    Kotoran tidak dapat di jamah oleh seraangga dan tikus.
d)    Tidak mencemari tanah sekitarnya.
e)    Mudah di bersihkan dan aman digunakan
f)     Di lengkapi dinding dan atap pelindung
g)    Penerangan dan ventilasi yang cukup
h)   Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
i)     Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
5)    Cara memilih jamban yang sehat
a)    Lantai jamban henaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
b)    Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
c)    Di dalam jamban tidak ada kotoran yang telihat
d)    Tidak ada serangga, (kecoa,lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e)    Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)
f)     Bila ada kerusakan, segera perbaiki.

g.    Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Tujuan memberantas jentik di rumah adalah agar rumah bebas jentik. Pemeriksaan jentik berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi / WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
1)    Siapa yang melakukan pemeriksaan jentik berkala
Orang yang bertanggung jawab melakukan pemeriksaan jentik berkala, antara lain: anggota rumah tangga, kader, juru pemantau jentik (jumatik) dan tenaga pemeriksa jentik lainnya.
2)    Hal-hal yang perlu dilakukan agar rumah bebas jentik
a)    Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)
b)    PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit sepeti demam berdarah dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.
c)    3 M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :
(1)  Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
(2)  Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
(3)  Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang di buang sembarangan (bekas botol / gelas aqua, plastik kresek, dll).
(4)  Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
(a)  Menggunakan kelambu ketika tidur
(b)  Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk bakar, semprot, oles / usap ke kulit, dll.
(c)  Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar.
(d)  Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
(e)  Memperbaiki saluran talang air yang rusak.
(f)   Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit di kuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
(g)  Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampungan air, misalnya ikan cupang, ikan nila, dll.
(h)  Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, zodia, lavender, rosemerry, dll.
3)    Manfaat rumah bebas jentik
a)    Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat di cegah atau di kurangi.
b)    Kemungkinan terhindari dari berbagai penyakit semakin besar seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya atau kaki gajah.
c)    Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
4)    Cara pemeriksaan jentik berkala
a)    Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk / tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
b)    Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
c)    Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga di minta untuk ikut. Menyaksikan / melihat jentik, kemudian langsung di lanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga.
d)    Mencatatat hasil pemeriksaan jentik pada kartu jentik rumah (kartu yang di tinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

h.    Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Anggota rumah tangga (terutama usia 10 tahun ke atas) mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari (dalam 1 minggu terakhir). Target capaian makan buah dan sayur pada tahun 2009 adalah 58%. Capaian tahun 2006 adalah 17% : sesuai porsi dan hari, 25% : 1 kali / hari. Masalah berkaitan belum semua orang mengkonsumsi buah dan sayur, antara lain pengetahuan masyarakat kurang tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah (walaupun ketersediaan memadai), meningkatnya angka insidens penyakit kanker termasuk kanker usus besar.
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, mengandung serat yang tinggi. Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata, vitamin D untuk kesehatan tulang, vitamin E untuk kesuburan dan awet muda, vitamin K untuk pembekuan darah, vitamin C meningkat daya tahan tubuh terhadap infeksi, Vitamin B mencegah penyakit beri-beri, vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.
Manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serta tidak dapat di cerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan di buang melalui tinja. Serat tidak untuk mengeyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar. Manfaat makanan berserat mencegah diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan, membantu proses pembesihan racun (detoksifikasi), membuat awet muda, mencegah kanker, memperindah kulit, rambut dan kuku, membantu mengatasi anemia (kurang), membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
Banyaknya sayur dan buah dalam sehari yang harus kita makan adalah sayur harus di makan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sam dengan satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran di makan segar atau di kukus, karena jika di rebus cenderung melarutkan vitamin dan mineral. Buah-buahan harus di makan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah mangkuk buah yang di iris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.

i.      Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

j.      Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang hisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan carbon monoksida (CO).
Berdasarkan hasil susenas (survey sosial ekonomi nasional) tahun 2001 menyatakan bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, hal ini biasa dilakukan pada pagi hari  di saat sarapan bersama anak-anak dan sore sampai malam hari ketika sedang berkumpul dengan anggota keluarganya.

B.   Konsep Pengetahuan
1.    Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).
Pengetahuan merupaka hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut bactiar (2005) pengetahuan adalah apa yang diketahui dan lebih jelas lagi bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami atau diajar. Pengetahuan merupakan keingintahuan seseorang terhadap permasalahan disekeliling baik social, mencendrungkan beranjak kepada keingintahuan ilmiah.

2.    Tahapan Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi tahapan pengetahuan dalam diri orang tersebu terjadi sebagai berikut :
a.    Tahuan, yakni orang tersebut mengetahui dan memahami akan adanya sesuatu perubahan baru.
b.    Persuasion (kepercayaan), yakni orang mulai percaya dan membentuk sikap terhadap perubahan tersebut.
c.    Decision (keputusan), yakni orang mulai membuat suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak perubahan tersebut.
d.    Implentetion (pelaksanaan), orang mulai menerapkan perubahan tersebut dalam dirinya.
e.    Confirmation (penegasan), orang tersebut mencari penegasan kembali terhadap perubahan tersebut berlawanan dengan hal yang diinginkan.

3.    Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan yang di inginkan dalam doamin kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :


a.    Tahu (know)
Merupakan tingkatkan pengetahuan yang paling rendah diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu dengan mengunakan kata kerja antara lain menyebutkan, mendenifikasikan, menguraikan dan sebagainya.
b.    Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Bila telah paham secara objek, maka kita harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan contoh , menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c.    Aplikasi (aplication)
Merupakan suatu kemampuan untuk mengunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebanarnya.
d.    Analisis (analysis)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tertentu, tetapi dalam hal struktur organisasi tersebut dan mempunyai hubungan satu sama lain.
e.    Sintesis (syntesis)
Menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.     Evaluasi (evaluating)
Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Setelah orang mendapatkan pengetahuan, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang diketahuinya itu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour), menurut pendekatkan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai kontruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Notoatmodjo, 2007).



C.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, informasi, sosial budaya dan sosial ekonomi.
1.    Umur
        Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi (Notoadmojo, 2003).
             Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan perilaku dan dengan bertambahnya umur seseorang akan sulit menerima informasi, mereka kurang aktif, mudah terserang penyakit dan cederung mengabaikan PHBS. Menurut Suryanto dalam Wantiyah (2004) mengatakan bahwa usia muda lebih mudah menerima informasi dan lebih bersifat dinamis dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku. Disamping itu pada usia dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan kongnifnya maka kebiasaan berfikir rasional mereka meningkat, juga biasannya mereka cukup aktif dan jarang menerima penyakit yang berat (Irawati, 2011).
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) :
a.    Masa balita = 0 - 5 tahun,
b.    Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.
c.    Masa remaja Awal =12 - 1 6 tahun.
d.    Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun.
e.    Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.
f.     Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.
g.    Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.
h.    Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun.
i.      Masa Manula = 65 - sampai atas
2.    Pendidikan
       Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tingi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak dan Chayatin, 2009).
       Pendidikan adalah suatu usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dari untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2003).
       Jenjang pendidikan menurut Sisdiknas (2003), dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
a.    Pendidikan dasar
Berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), bentuk lain yang sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP),  Madrasah Tsanawiyah (MTs),atau bentuk lain yang sederajat.
b.    Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c.    Pendidikan tinggi
Berbentuk program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dan penghasilan terhadap PBHS sesuai dengan teori yang dikemukakan Talcott Parson, bahwa perilaku dipengaruhi oleh sistem sosial , budaya, dan kepribadian. Pendidikan dan penghasilan merupakan sebagian unsur struktur sosial yang mempengaruhi sistem sosial. Artinya pendidikan dan penghasilan mempengaruhi perilaku (Roni, 2013)
3.    Pekerjaan
Pekerjaan merupakan rutinitas yang harus dilakukan oleh setiap orang. Hal tersebut dilakukan tidak lebih sebagai tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga jarang masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada memperhatikan kondisi kesehatan anggota keluarganya (Admin, 2009). Mubarak dan Chayatin (2009) mengemukakan bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jenis pekerjaan bervariasi menurut umur, wanita muda yang bekerja di sektor pertanian cenderung bekerja pada lahan milik keluarga. Wanita di perdesaan yang berpendidikan rendah lebih besar kemungkinannya untuk bekerja di sektor pertanian. Wanita perkotaan dan yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk bekerja di bidang penjualan dan jasa pelayanan (SDKI, 2008).
Macam-macam pekerjaan menurut Litbangkes (2007) adalah:
a.    Bekerja, yaitu kegiatan yang dapat menghasilkan uang dari pekerjaan sebagai PNS atau pegawai BUMN, wiraswasta atau buruh.
b.    Tidak bekerja, yaitu sesuatu yang tidak dapat menghasilkan uang.
Di dalam lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh informasi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku Hidup Bersih dan sehat keluarga tidak hanya diukur dari aspek fisik dan mental saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi sehingga diharapkan dapat lebih mendorong atau memfasilitasi keluarga untuk PHBS (Irawati, 2011)
4.    Informasi
Informasi adalah suatu keterangan, penerangan, atau data yang telah di proses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai keputusan untuk masa yang akan datang (kadir, 2003). Kemudian untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2009).
Informasi yang didapat seseorang tergantung pada 3 hal, yaitu keakuratan berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan/informasi harus jelas mencerminkan maksudnya, tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terhambat, dan relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakianya. (Hidayat, 2007).
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat, 2007).
Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo, 2007).
5.    Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Dalam kehidupan masyarakat sering terjadi konflik dan persaingan disebabkan karena memegang teguh adat istiadat yang dianut, sehingga berinteraksi lebih luas terdapat miss komunkiasi yang terjadi. Dalam hal bekerja masyarakat desa memiliki semangat kerja yang keras  karena keterbelakangan ekonomi yang dialami. Masyarakat desa di Indonesia memang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi terbelakang dan masih harus dikembangkan dengan berbagai cara (Ariyadi, 2013).
Kebiasaan yang dianut dan telah lama di dalam suatu masyarakat sangat sulit untuk dirubah ke arah yang lebih baik jika kebiasaan  tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seperti dalam hal ini anjuran Pemerintah dalam kesehatan sebagai upaya menciptakan masyarakat yang sehat. Berbagai kebiasaan masyarakat yeng telah mengakar dan membudaya dalam hal kesehatan tentunya tidak semuanya bisa dikatakan baik dan tidak semuanya juga bisa dikatakan tidak baik (Ariyadi, 2013).
Tetapi di dalam masyarakat lebih sering menyikapi berbagai permasalahan kesehatan yang menjangkitnya dengan berbagai cara dan tindakan seperti berobat ke dukun, beranggapan bahwa penyakit itu datang karena ada guna-guna, Timbulnya penyakit sebagai pertanda kebiasaan yang dimilki masyarakat dalam melakukan pengobatan bisanya lebih didasari atas sugesti, tidak rasional, dan tidak steril (Ariyadi, 2013).
Budaya atau kebiasaan –kebiasaan yang dimiliki masyarakat tersebut sangat mempengaruhi penerapan Prilaku Hidup Bersih dan sehat yang dicanangkan Pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari budaya atau kebiasaan masyarakat mempunyai hubungan dan pengaruh akan terciptanya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyrakat (Ariyadi, 2013)
6.    Sosial Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa uang ataupun jasa. Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Ridwan, 2009)
               Saat ini upah minimum yang ditetapkan oleh Gubernur Propinsi Aceh tahun 2015 sebesar Rp.1.900.000 perbulan.
          

No.FILE MICROSOFT WORD
1.BAB I
2.BAB II
3.BAB III
4.BAB IV
5.BAB V
6.DAFTAR PUSTAKA
7.ABSTRAK
8.KUISIONER
9.LEMBARAN RESPONDEN
10. MASTER TABEL                                                                


0 Response to "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT"