HUBUNGAN INISIASI
MENYUSUI DINI DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI BERUSIA 6-12 BULAN
INTISARI
Laporan
Riskesdas (2013) terdapat kasus Persentase pemberian ASI eksklusif
dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain
ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari
satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen. Data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2014 jumlah bayi sebanyak 106.901 jiwa. Cakupan bayi ekslusif
hanya 48.108 (45%) dan IMD hanya 10.690 (10%). Sedangkan untuk Kota Banda Aceh
dari jumlah bayi 4.460 cakupan ASI ekslusif
hanya 1.739 (39%) dan IMD hanya 357 Data yang di dapatkan di Wilayah
Kerja Puskesmas Batoh, persentase bayi yang mendapatkan ASI ekslusif hanya 57%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusui
dini dengan keberhasilan ASI ekslusif
Metodelogi penelitian
ini menggunakan
desain penelitian quasi eksperimen. Dengan rancangan penelitian ini yaitu case
control, dimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan retrospective (melihat ke belakang). Dengan
kata lain, efek atau status kesehatan diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor
resiko diidentifikasi terjadinya pada waktu yang lalu. Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Agustus s/d 2 September 2015 dengan
sampel sebanyak 40 responden.
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti, diperoleh
bahwa ada hubungan
IMD dengan keberhasilan ASI Ekslusif dengan nilai p=0,020 (p<0 span=""> Bayi yang
dilakukan IMD akan 6,9 kali lebih
besar untuk mendapatkan
ASI ekslusif dibandingkan bayi yang tidak dilakukan IMD 0>
Saran, diharapkan agar semua tenaga kesehatan dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang IMD dan praktik menyusui eksklusif pada saat ibu
memeriksakan kehamilan, melahirkan dan setelah melahirkan
Kata Kunci : IMD dan Keberhasilan ASI
ekslusif
Kepustakaan
: 10 buku dan 10 jurnal (2003-2014)
Jumlah Halaman : x, 40 halaman, 4 tabel, 1 gambar
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Pengertian
Inisiasi berasal
dari kata Initial yang berarti berkenaan dengan tahap awal suatu proses.
Insiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara (Roesli, 2008). Proses yang dimaksud dalam Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) merupakan tahap awal menyusu oleh bayi segera setelah dilahirkan oleh
Ibunya. Bagi seorang Ibu proses ini berarti tahap awal pelaksanaan ASI ekslusif
(Mashudi, 2011).
Inisiasi menyusu dini
atau early latch on/ breast crawl adalah bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir, yaitu dalam waktu 60 menit pertama setelah lahir. Setiap
bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan untuk mulai menyusu sendiri dan
menemukan puting susu ibunya, asalkan segera setelah lahir bayi tersebut
diletakkan diatas dada ibu dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibu atau skin to skin contact (UNICEF, 2007).
IMD adalah merupakan program yang sedang gencar di anjurkan pemerintah.
IMD akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif, dan
lama menyusui dengan demikian bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2
tahun, dan mencegah terjadinya kurang gizi pada anak. Program ini di lakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibu dan membiarkan
bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus di
lakukan langsung saat bayi lahir, tanpa boleh di tunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh di bersihkan hanya di
keringkan, kecuali bagian tangannya. Proses ini harus skin to skin
antara bayi dan ibu (Chomaria, 2011).
2. Penatalaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini
Penatalaksanaan
inisiasi menyusu dini menurut Roesli (2008) secara umum meliputi:
a. Dianjurkan
suami dan keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
b. Disarankan
untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.
c. Biarkan
ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan.
d. Seluruh
badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya, lemak
putih (vernix) yang menyamarkan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
e. Bayi
ditelungkupkan didada atau perut ibu, biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu, posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau
setelah menyusu awal selesai, keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi
bayi.
f. Bayi
dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi keputing susu.
g. Ayah
mendukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu
h. Dianjurkan
untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan
dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.
i. Bayi
dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau
menyusu awal, prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda.
j. Rawat
gabung- ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar.
Menurut
UNICEF (2007) Ada beberapa tahapan yang dilalui ketika bayi melakukan IMD,
kegiatan ini berlangsung beberapa menit sampai satu jam bahkan lebih. Pada
30 menit pertama bayi dalam keadaan istirahat dengan keadaan siaga, sekali-kali
melihat ibunya (menyesuaikan dengan lingkungan antara 30 sampai 40 menit), bayi
mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut, gerakan mengisap, mengeluarkan
air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki menekan perut ibu areola sebagai
sasaran, menjilat-jilat kulit ibu sampai di ujung sternum, menghentak-hentakan
kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan kiri dan menyentuh puting susu dengan
tangannya. Setelah menemukan puting susu ibunya terlebih dulu menjilat dan
mengulumnya serta membuka mulut lebar dan akhirnya dapat melekat pada puting
dengan baik.
Proses IMD saat tali pusat bayi dipotong, bayi
dibersihkan dan langsung diletakkan diperut ibunya dengan kulit yang saling
bersentuhan memperlihatkan perkembangan yang menarik. Dalam satu penelitian
disebutkan bahwa ternyata pada usia 20 menit bayi merangkak diatas perut ibunya
dalam keadaan mata tertutup. Pada usia bayi 50 menit, bayi akan menemukan
payudara ibunya sendiri. Adapun bayi yang tali pusatnya dipotong kemudian
dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan dibersihkan, dicap dan seterusnya
terlebih dahulu maka 50% bayi tersebut
tidak dapat menemukan payudara ibunya (Maryunani, 2008).
3. Manfaat
Inisiasi Menyusu Dini
Hasil sejumlah
penelitian di dalam dan di luar negeri, diketahui bahwa IMD tidak hanya
mensukseskan pemberian ASI eksklusif, tetapi lebih dari itu, dapat
menyelamatkan nyawa bayi. Faktanya dalam satu tahun, empat juta bayi berusia 28
hari meninggal. Apabila semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi
kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi
setidaknya selama satu jam, maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan
(Susilawati,2010).
Proses pemberian ASI
hingga bayi berusia dua tahun dapat mendatangkan
keuntungan secara psikologi. Kontak fisik antara ibu dan bayinya melalui
aktivitas menyusui ini bisa memberikan rasa tenang dan mengurangi stres. Bila
bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya, maka hormon stres akan meningkat
50%. Peningkatan hormon stres akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan atau
daya tahan tubuh bayi. Sementara itu, jika dilakukan kontak antara kulit ibu
dan bayi, niscaya hormon stres kembali turun sehingga bayi menjadi lebih
tenang, tidak stres, serta pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil.
Sesungguhnya sentuhan bayi, isapan, dan jilatan bayi pada putting ibu selama
proses IMD merangsang keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi,
sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan (Prasetyono,
2009).
IMD sangat
bermanfaat, baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat IMD bagi bayi antara lain
dikemukan Edmond et al (2006), yang melakukan penelitian di Ghana dengan
melibatkan 10.974 bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi
kesempatan menyusu pada 1 jam pertama dan dilakukan skin to skin contact antara
ibu dan bayi setidaknya selama 1 jam, maka dapat mengurangi angka kematian
neonatus sebesar 22%. Sedangkan apabila proses menyusu dimulai setelah 1 jam
pertama kelahiran akan tetapi belum lewat dari 24 jam, hanya akan mengurangi
angka kematian neonatus sebesar 16%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin lama kita menunda inisiasi
menyusui maka akan semakin besar peluang bayi mengalami kesakitan dan kematian
(Roesli, 2008).
Menurut Edmond et
al (2006), terdapat empat mekanisme yang mendasari hasil penelitian.
Mekanisme pertama ialah ibu yang berhasil melakukan IMD mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk melanjutkan menyusui bayinya dan menyusui akan memproteksi
bayi dari kematian. Mekanisme kedua yaitu pemberian makanan pra laktasi secara
fisiologis akan merusak lapisan usus. Mekanisme ketiga yaitu kolostrum kaya
akan berbagai komponen imunitas yang membantu proses maturasi usus, melindungi
tubuh terhadap infeksi dan membantu pemulihan epitel bila terjadi infeksi.
Sedangkan mekanisme keempat yaitu menurunkan kematian akibat hipotermi pada
hari pertama kelahiran, khususnya pada bayi-bayi yang lahir prematur.
Pelaksanaan IMD bagi
bayi sangat penting, dan menurut Roesli (2008) manfaat pelaksanaan IMD bagi
bayi yaitu: bagian dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara. Berdasarkan hasil penelitian Niels bergman dari
Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas
daripada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis
naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu
otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayi. Kulit ibu bersifat termoregulator
atau thermal sinchrony bagi suhu bayi, ibu dan bayi merasa lebih
tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang
menangis yang dapat mengurangi pemakaian energi, memberi kesempatan bayi
mendapatkan kolostrum pertama yang banyak mengandung protein dan zat antibodi
terhadap infeksi, kandungan antibodi kolostrum paling tinggi terjadi 12 jam
setelah persalinan, terbentuk ikatan kasih sayang (Bonding Attachment)
antara ibu, ayah dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi
dalam keadaan siaga, bayi yang menyusui lebih dini akan lebih berhasil menyusui
eksklusif dan lebih lama menyusui dan memperbesar peluang ibu untuk memantapkan
dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi, isapan puting susu saat
bayi menyusu dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin.
4.
Langkah-langkah IMD
Berikut ini langkah-langkah
melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
a.
Begitu lahir, bayi diletakkan di
perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
b.
Keringkan seluruh tubuh bayi
termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.
c.
Tali pusat di potong lalu diikat.
d.
Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e.
Tanpa dibedong, bayi langsung
ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu.
Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya
(Roesli, 2008).
5.
Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Inisiasi Menyusu Dini
a.
Dukungan Sarana
Dan Tenaga Kesehatan
Berhasil atau tidaknya
Inisiasi menyusu dini dapat dipengaruhi juga
oleh faktor dukungan sarana dan tenaga kesehatan. Dari hasil penelitian
Nurpelita (2007) di Siak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
petugas kesehatan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap
peningkatan ASI Eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan petugas kesehatan
mempunyai peluang 5,6 kali menyusui secara ekslusif dibanding ibu yang kurang
mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan.
Proses
menyusui selama awal minggu pertama merupakan masa kritis yang menentukan
produksi ASI. Keberhasilan menyusui secara dini pengaruhi oleh fasilitas
dan tenaga kesehatan khususnya tenaga penolong persalinan sebenarnya mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI
eksklusif sampai umur 6 bulan dan membantu mempercepat penurunan angka kematian
bayi (Widodo, 2011).
Petugas kesehatan yang telah
dilatih manajemen laktasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi suksesnya
pelaksanaan IMD (Rosenberg et al, 1998). Sedangkan menurut Gibney et
al (2008) bahwa petugas kesehatan juga merupakan hambatan dalam pelaksanaan
IMD yaitu keterpaparan ibu dengan promosi susu formula yang dilakukan petugas
kesehatan (Susilawati, 2010).
b. Pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui indera yang
dimilikinya (Green and Kreuter, 2000). Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses
belajar, yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku
berdasarkan keyakinannya yang diperoleh melalui media elektronik, media massa
dan lain-lain. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI didapat dari majalah dan
buku, tingkat pengetahuan tergantung dari pendidikan dan kehadiran pada kelas
bimbingan laktasi (Khassawneh et
al., 2006). Penelitian Hidayat dan Dewantiningrum (2010)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan bermakna dengan
pelaksanaan IMD sebesar 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan
tingkat pengetahuan rendah.
Dengan demikian pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan
pengalaman peneliti terbukti prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Niswah,
2008).
B.
ASI
Eksklusif
1. Pengertian
ASI
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik
yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik
untu bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi,
atau lainnya, pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cinta kasih
serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini tidak mungkin dapat dialihkan
kepada ayah/suami dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita. ASI eksklusif
diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan (Bahiyatun, 2008).
Menurut
WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (Dewi, 2011).
2. Komposisi Gizi Dalam ASI
ASI
mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat
kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan
seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan
biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan
bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia (Suherni, 2008).
Menurut
Prasetyono (2009) komposisi zat gizi ASI adalah sebagai berikut:
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI
berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap
hari, dan jumlahnya lebih banyak daripada dalam PASI. Rasio jumlah laktosa
dalam ASI dan PASI adalah 7:4, Sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan
PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung
tidak mau minum PASI. Dengan demikina pemberian ASI semakin berhasil.
Hidrat arang dalam
ASI merupakan nutrisi penting yang
berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja
sel-sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat
yang berfungsi mencegah petumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu
penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.
2. Protein
Protein dalam ASI
lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam
protein ASI hamper seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini
dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI.
Kasein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang
relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang diberi PASI
sering menderita susah buang air, bahkan diare dan defekasi dengan feses
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh
bayi yang diberi PASI.
3. Lemak
Jenis lemak dalam ASI
mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan
sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi ketiga unsure
tersebut, susu formula tetap tidak mengandung enzim, karena enzim mudah rusak
bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI,
sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam
ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat
inilah yang berfungsi memacu sel saraf otak bayi.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.
Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah
diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang
terdapat dalam ASI yang dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi
yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.
Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca
paling stabil,tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI
terutama kalsium, kalium, da natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki
kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan
dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu
muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah
kondisi-kondisi umum (Dewi, 2011).
5. Vitamin
Menurut Dewi (2011)
kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup.
Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthothenik
lebih kurang.
a. Vitamin
A: Air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan
kolostrum mengandung sejumlah dua kali dari itu. Susu sapi hanya mengandung 18
IU.
b. Vitamin
D: Vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia.
c. Vitamin
E: Kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah
hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina
dari cidera akibat oxide.
d. Vitamin
K: Diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang
mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak.
e. Vitamin
B kompleks: Semua viamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan
harian yang diperlukan.
f. Vitamin
C: Vitamin C sangat penting dalam sintesis kalogen, ASI mengandung 43 mg/100 ml
vitamin C dibandingkan dengan susu sapi.
3. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak
hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga dan
Negara (Saleha, 2009).
1. Manfaat
Bagi Bayi
a. Komposisi
sesuia kebutuhan
b. Kalori
dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
c. ASI
mengandung zat pelindung
d. Perkembangan
psikomotorik lebih cepat
e. Menunjang
perkembangan kognitif
f. Menunjang
perkembangan penglihatan
g. Memperkuat
ikatan batin antara ibu dan anak
h. Dasar
untuk perkembangan emosi yang hangat
i. Dasar
untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
2. Manfaat
Bagi Ibu
a. Mencegah
perdarahan pascapersalinan dn mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula
b. Mencegah
anemia defisiensi zat besi
c. Mempercepat
ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d. Menunda
kesuburan
e. Menimbulkan
perasaan dibutuhkan
f. Mengurangi
kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Manfaat
Bagi Keluarga
a. Mudah
dalam proses pemberiannya
b. Mengurangi
biaya rumah tangga
c. Bayi
yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat
4. Manfaat
Bagi Negara
a. Penghematan
untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan
b. Penghematan
devisa dalam hal pembelian susu formula
dan perlengkapan menyusui
c. Mengurangi polusi
d. Mendapatkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
4. Masalah Pemberian ASI Eksklusif
Kegagalan
dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun bayi (Dewi, 2011).
Beberapa masalah
dalam pemberian ASI antara lain:
1. kurang/salah
informasi
2. puting
susu datar atau terbenam
3. puting
susu lecet (Abraded and or Cracked
Nipple)
4. puting
melesak (masuk ke dalam)
5. payudara
bengkak
6. abses
payudara (mastitis)
7. sindrom
ASI kurang
8. bayi
sering menangis
9. bayi
bingung putting
10. bayi
prematur
11. bayi
kuning
12. bayi
kembar
13. bayi
sakit
14. bayi
sumbing
15. bayi
dengan lidah pendek (Lingual Frenulum)
16. bayi
yang memerlukan perawatan
0 Response to "HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI BERUSIA 6-12 BULAN"
Posting Komentar